Berita Kampus

Aksi Mahasiswa Tuntut Perbaikan Wajah Pendidikan

Pembakaran keranda sebagai simbol matinya pendidikan di Kaltim.

Wiliam Maliki

SKETSA – Langit pagi tadi yang mendung tak lantas menyurutkan semangat mahasiswa Unmul yang tergabung dalam Aliansi Garuda Mulawarman untuk memeringati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada hari ini (2/5). Momentum Hardiknas kali ini diisi dengan menggelar aksi di depan Kantor Gubernur Kaltim. Mengangkat tema “Apa kabar Pendidikan Kaltim?”, aksi kali ini membawa lima tuntutan.

Pertama, pulihkan kembali moralitas pendidikan di Kaltim. Memang bukan hal yang baru, wajah pendidikan saat ini tercoreng akibat kejahatan seksual. Korbannya beragam, mulai dari tenaga pendidik hingga pelajar itu sendiri. Kaltim sendiri tak luput dari masalah ini. Kedua, tuntaskan infrastruktur pendidikan secara berkala dan merata di Kaltim. Ketiga, menuntut pemerintah untuk menetapkan gaji honorer sesuai upah minimun provinsi (UMP) dan tidak menghapus insentif guru honorer. Keempat,  transparansi beasiswa kaltim tuntas dan terakhir, wujudkan jaminan pendidikan nasional.

Ditemui di sela aksi, Derviansyah Menteri Sosial Politik BEM KM Unmul menjelaskan, pihak guru honorer telah melakukan advokasi sejak November 2018 lalu, dan kala itu gubernur mengatakan akan menaikkan gaji di bulan Februari. Sesuai dengan perkataannya, gaji honorer akhirnya dinaikkan dari Rp2,1 juta menjadi Rp2,4 juta. Namun, insentifnya mengalami penurunan Rp300 ribu, sehingga bisa dibilang tidak ada kenaikan upah, sehingga menimbulkan kekecewaan karena belum sesuai dengan keinginan honorer.

Beasiswa Kaltim turut menjadi sorotan, karena dianggap tidak memiliki impact  di Kaltim dan telah menjadi evaluasi sejak Awang Faroek Ishak masih menjabat sebagai gubernur. Bahkan disebut-sebut nepotisme berasal dari beasiswa Kaltim Cemerlang.

“Apa yang dicanangkan sebagai Kaltim berdaulat oleh gubernur dinyatakan gagal, bahkan Kaltim yang hari ini dengan visi-misi akan mengangkat sumber daya manusianya menjadi prioritas utama pun gagal. Biaya pendidikan hari ini tak tahu arahnya ke mana, dengan infrastruktur  dan informasi yang tidak merata, bahkan kurikulum turut menjadi problematika,’’ papar Dervi.

Bermaksud menagih janji gubernur, pihak gubernur dan jajarannya justru tengah berada di luar negeri. Tim Aliansi Garuda Mulawarman pun menolak untuk menemui asisten gubernur karena dinilai tidak dapat memberi kebijakan dan keputusan. Sebagai bentuk perwakilan dari gubernur, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi, Joni Topan akhirnya turun tangan menemui massa aksi.

Ia menerangkan bahwa 17% dari 20% dana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk pendidikan digunakan untuk membayar gaji aparatur sipil negara (ASN) mencapai 5.100 orang, dengan honorer yang mencapai 4.125 orang yang bernaung di sekolah negeri. Adapun penaikan insentif untuk ASN sudah layak karena ada tunjangan sertifikasi dan lain-lain. Sedangkan untuk honorer dibayar setelah bekerja, berbeda dengan ASN yang dibayar baru bekerja.

“Insentif minimal itu Rp2,2 juta. Kalau belum dapat, berarti sekolah belum mengusulkan,” terangnya.  

Ia juga menyatakan bahwa insentif antara honorer di sekolah negeri dan swasta berbeda. Provinsi telah menaikkan insentif dari yang awalnya Rp300 ribu menjadi Rp700 ribu, selain itu pihak swasta juga dapat mengatur secara mandiri karena ada pungutan SPP yang dikenakan. Dengan ini, ia menilai bahwa gubernur telah menunaikan janjinya.

Terkait beasiswa Kaltim Cemerlang  akan diberikan setelah masuk tahun ajaran baru bagi mahasiswa S1 yang nantinya harus mengabdi selama 2 tahun. Dana yang dicanangkan sejumlah Rp80 miliar untuk semua siswa yang memiliki prestasi akademik dan non-akademik tingkat nasional. Ia menyebut tengah menyiapkan proses dan akan dilaksanakan sosialisasi terkait beasiswa ini kepada seluruh stakeholder, baik itu kepada calon penerima dan lembaga yang memantau anggaran.

Mengenai anggaran sarana dan prasarana, ia mengklarifikasi ada Rp120 miliar yang digelontorkan. Pembangunan sekolah dan fasilitas lainnya telah terlaksana. Di akhir kalimatnya, ia mengajak kepada mahasiswa untuk bekerja sama dalam memberi perhatian kepada dunia pendidikan lebih luas.

Jelang berakhirnya waktu aksi dengan diiringi lagu perjuangan khas mahasiswa, massa membakar keranda sebagai simbol matinya pendidikan di Kaltim dengan segala problematikanya. (ann/wil/adl)



Kolom Komentar

Share this article