Berita Kampus

Adu Gagasan Antar Tiga Paslon BEM Faperta di Debat Kandidat

Debat antar kandidat pun telah digelar kemarin (7/11) di Gedung Bundar Faperta untuk mentranparansikan visi-misi tiga paslon yang sudah siap memperebutkan kursi presiden-wakil presiden BEM Faperta. (Foto: Faqihendry)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Memasuki penghujung 2017, aura persaingan dalam Pemira kian terasa di Unmul. Tak hanya tingkat universitas, di beberapa fakultas, persaingan antar paslon telah bergejolak. Salah satunya di Fakultas Pertanian (Faperta) yang melangsungkan Pemira pada 9 November, hari ini.  

Debat antar kandidat pun telah digelar kemarin (7/11) di Gedung Bundar Faperta untuk mentranparansikan visi-misi tiga paslon yang sudah siap memperebutkan kursi presiden-wakil presiden BEM Faperta. Ketiga paslon di antaranya Muhammad Nurfiqri-Chandra Kadina Utama dari nomor urut 1, Arif Rahman Hakim-Rika Asriana dari nomor urut 2, serta Sigit Untoro-Jamiah dari nomor urut 3.

Dihadirkannya tiga panelis lintas bidang dalam sesi debat semisal Anton Rahmadi (akademisi), Ahmad Ridwan (Dirut STV), serta Muhammad Iqbal Suwandie (organisatoris) amat menguji kecakapan masing-masing paslon. Alur debat dibagi moderator dalam tiga sesi. Ikrar-ikrar pemikat pun dijanjikan masing-masing paslon kepada kurang lebih seratus audiens dalam pemaparan visi-misi di sesi I debat. Namun di sesi II, beberapa pertanyaan menarik dari tiga panelis membuat para kandidat harus berpikir keras. Salah satunya dilontarkan Ahmad Ridwan.

“Anggaplah kalian telah terpilih jadi presiden BEM. Seandainya kalian diundang audiensi oleh Pemprov Kaltim untuk diminta solusi tentang pertanian, apa yang akan Anda sampaikan sebagai masukan konkret bagi pertanian di Kaltim?”

Fiqri-Chandra memilih untuk menyuarakan keluh-kesah petani kekinian, lalu meminta Pemprov turun memantau realita di lapangan. Arif-Rika merujuk pada pemberian ide berdasar kajian yang akan dilakukan pihaknya sebelum audiensi. Lalu, Sigit-Jamiah ingin mengusulkan beberapa tahap: membangun relasi, aspirasi, hingga memberi solusi ke pejabat.

Dalam sesi III, pola debat jauh lebih seru karena panelis bisa bertanya sampai ke akar-akarnya kepada masing-masing paslon. Dan, pola ini kembali membuat masing-masing paslon berpikir sekeras-kerasnya hingga tampaklah raut pucat di wajah mereka.

Kesempatan itu dimanfaatkan salah satu panelis Muhammad Iqbal Suwandie atau biasa disapa Iqbal untuk melontarkan cecaran pertanyaan ke tiap paslon berdasar pada background mereka selama ini. Pertama, kepada Fiqri-Chandra yang tahun lalu bergerak di advokasi BEM Faperta.

“Apa masalah advokasi di kampus Anda dan apa solusinya?” dijawab: harus ada transparansi.

“Bagaimana tahun lalu?” dijawab: sudah dilakukan, tapi kurang baik.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya semisal, “Formulasi advokasi di tahun ini? Pola advokasi yang akan dilakukan tahun ini? Sampai ide baru dalam advokasi?” dijawab Fiqri-Chandra dengan kurang lugas.

Iqbal kemudian menanyai Arif-Rika berdasar latar belakang mereka: PKM. “Inovasi apa yang akan dilakukan?” dijawab: akan bekerja sama dengan petani dibidang organik. Di luar konteks PKM, sebuah pertanyaan menarik dimunculkan Iqbal.

“Jika 50 persen lebih anggota mengundurkan diri, apa yang kalian lakukan?” dijawab: jika memang terjadi, kami akan tetap lanjutkan periodisasi. Background LDF dari paslon 3: Sigit-Jamiah pun tak luput dicecar tanya oleh Iqbal. “Bagaimana kalian mengelola organisasi yang heterogen?” dijawab: kami akan menyatukan frame bahwa BEM milik bersama.

“Jaminan pengelolaan internal di BEM?” dijawab: saling memercayai saja.  

Setelah jawaban terakhir lepas, Iqbal serta audiens kompak tercengir, seolah tak percaya kalau jawaban itu yang akan dikeluarkan. Di sesi terpisah, Ketua DPM Faperta, Yoga Kurniawan Saputra dalam sambutannya berkomitmen untuk memastikan Pemira berjalan sesuai dengan baik. Dirinya pun mengharapkan, debat kandidat antar paslon bisa jadi referensi bagi mahasiswa untuk menentukan pilihannya.

“Dengan (melalui) debat kandidat, kita bisa lihat kemampuan paslon dan kita bisa memilih berdasarkan hati nurani dan jangan terpengaruh terhadap intervensi. Karena pemimpin yang kita pilih akan menentukan nasib (seluruh) organisasi di Faperta,” pesannya. (dan/fqh/wal)



Kolom Komentar

Share this article