Angkat Musik Sampek, Unmul Raih Juara Favorit di PIMNAS
Sumber: Dokumentasi Murtaja Azizah
- 18 Aug 2016
- Komentar
- 4033 Kali
SKETSA - Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2016 ke-29 yang diselenggarakan di Institut Pertanian Bogor 8-11 Agustus lalu membawa kabar bahagia. Gara-garanya salah satu dari dua kelompok mahasiswa jurusan Psikologi yang dikirim Unmul meraih juara favorit dalam bidang Sosial Humaniora.
Kesuksesan ini adalah kali pertama bagi Unmul. Sebelumnya tahun lalu Unmul sempat mengirim perwakilan ke PIMNAS, namun belum cukup siap menoreh prestasi. Pada tahun ini, mengusung tema “Semangat Kebersamaan dan Persatuan, Mahasiswa Indonesia Menciptakan Karya Kreatif dan Inovatif untuk Kejayaan Bangsa” mahasiswa utusan Unmul sukses mengharumkan almamater di PIMNAS.
“Tema yang kami bawakan itu ‘Alunan Musik Sampek sebagai Terapi Stres’. Cukup mendengarkan alunan musik sampek selama 30 menit dengan menutup mata sehingga fokus auditori terpenuhi,” kata Murtaja Azizah, ketua kelompok tim mahasiswa Psikologi Unmul.
Dijelaskannya, alunan musik sampek mampu bermain di posisi 60 bpm. Yang mana itu dapat menurunkan tingkat stres pasien lebih cepat dibandingkan yang tidak mendengarkan. Perasaan relaks pun akan tersaji lebih cepat. “Alunan musik sampek dapat menurunkan tingkat stres di awal-awal individu terpapar stres misalnya ketika hectic, overload, dan lainnya,” ujarnya.
Ide awal mengenai sampek sebagai alat pengusir stres sudah ada di kepala Azizah sejak tahun lalu. Dia beserta ketiga anggotanya yakni Rizky Virnanda, Herza Yuzmi, dan Risda Aulia yang memiliki ketertarikan di dunia musik mulai berdiskusi. “Band saya juga personilnya memainkan alat musik sampek. Dan, saat saya mendengarkan sampek seperti ada perasaan mengawang,” ucap dara asli Samarinda tersebut.
Lantas dari sana muncul keinginan untuk mengangkat alat musik tradisional Dayak itu sebagai obat stres. Relaksasi bisa dihasilkan, lalu apa kiranya yang menghalangi sampek untuk tidak semenyenangkan alunan musik di Bali yang memberi rasa tenang? Pertanyaan itu mendesak Azizah untuk melakukan sesuatu. “Ini akan menambah khazanah dari alat musik sampek,” ucap angkatan 2013 itu.
Enam bulan lalu proposal mulai dibuat dan selama tiga bulan terakhir, percobaan demi percobaan terus dilakukan. Hingga dari ribuan kelompok mendaftar, hanya ada dua yang bertolak ke Bogor. Kelompok Azizah salah satu di antaranya. Cukup tiga hari penyelenggaraan bagi Azizah dan kawan-kawan untuk pulang dengan bangga. (wal)