PJTD Sketsa 2025: Belajar Jurnalisme, Merawat Fakta

PJTD Sketsa 2025: Belajar Jurnalisme, Merawat Fakta

Sumber Gambar: Yasyfi/Sketsa

SKETSA - Sabtu (17/5) lalu, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Sketsa Unmul kembali menggelar Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD). Bertempat di Kampus FH Unmul, pelatihan ini mengangkat tema "The Power of News: Unlocking the Secrets of Impactful Journalism".

Sekitar 60 peserta dari berbagai sekolah, jurusan, serta kampus hadir dan mengikuti setiap sesi dengan antusias. Mereka mendapatkan materi langsung dari para jurnalis profesional yang membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka di dunia jurnalistik. Adapun kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul, Moh. Bahzar.

Menjernihkan Informasi Lewat Jurnalisme

Sesi materi pertama diisi oleh Muhammad Al Fatih, jurnalis Kaltim Kece, yang membawakan materi tentang peran media dan pentingnya verifikasi dalam pemberitaan. Ia menyoroti bagaimana jurnalisme berperan sebagai alat klarifikasi di tengah arus informasi yang semakin liar.

"Berita liur itu haram. Berita mesti berimbang, tidak boleh hanya lewat satu mulut saja," tegas Fatih di hadapan peserta.

Menurutnya, jurnalis harus mampu memverifikasi setiap informasi yang diterima, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam proses peliputan. Ia pun menyampaikan pentingnya keberadaan pers mahasiswa sebagai ruang alternatif yang fokus mengangkat isu-isu di lingkungan kampus.

“Kampus punya banyak persoalan yang kadang luput dari perhatian media arus utama. Di situlah pers mahasiswa hadir untuk mengurai masalah-masalah tersebut,” katanya.

Fatih juga mengaku senang melihat antusiasme peserta PJTD tahun ini. 

“Teman-teman kelihatan pengen banget belajar. Harapannya, dari materi ini, mereka bisa paham bahwa semua informasi harus diverifikasi,” ujarnya.

Belajar Dasar-Dasar Jurnalisme yang Kritis


Materi kedua disampaikan oleh Hasyim Ilyas, seorang jurnalis sekaligus anggota Divisi Advokasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Samarinda. Ia mengajak peserta memahami proses kerja jurnalis dari tahap paling dasar seperti riset narasumber, menyusun pertanyaan, hingga teknik wawancara yang etis dan proporsional.

“Yang paling penting dalam peliputan adalah pengumpulan data. Tanpa data, kita dianggap cuma omong kosong,” ucap Hasyim, yang karib disapa Ocul.

Ia menekankan bahwa pewawancara juga harus menjadi pendengar aktif, terutama saat meliput isu-isu sensitif seperti berita duka atau kasus kekerasan. Selain itu, menurutnya, pertanyaan yang disusun wartawan harus bisa mewakili kepentingan publik.

“Jurnalis itu berpihak. Berpihak pada publik dan pada kebenaran,” tegasnya.

Di luar materi teknis, Hasyim juga menilai PJTD ini sebagai langkah awal yang penting untuk membangun kultur jurnalistik di lingkungan kampus. Ia menyebut kehadiran pers mahasiswa atau Sketsa sebagai pencerah dan penerang dalam dunia kampus.

Menurutnya, kampus perlu di-blow up, karena banyak problem yang tidak tersampaikan ke publik. Sketsa bisa menjadi jembatan antara mahasiswa dan pemangku kebijakan. 

“Ini penting bukan hanya untuk mahasiswa, tapi juga untuk orang tua, masyarakat, bahkan pemerintah daerah agar tahu kondisi kampus,” jelasnya.

Kesan Pesan Peserta

Kesan positif datang dari para peserta. Nisrina Zaahiyah Basunari, mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP Unmul, mengaku puas dengan keseluruhan acara. 

“Mulai dari moderator, MC, sampai narasumbernya seru semua. Games-nya juga asyik,” ujarnya.

Mahasiswa yang angkatan 2023 yang akrab disapa Nina itu menyampaikan bahwa materi tentang teknik wawancara menjadi bagian favoritnya.

“Karena saya memang tertarik dengan dunia jurnalistik, jadi materi tentang cara menyusun pertanyaan itu benar-benar berguna,” tambahnya.

Sementara itu, Haris Fadilah, peserta dari jurusan yang sama, mengaku baru pertama kali mendengar istilah “berita liur”. 

“Menarik banget. Di zaman sekarang, penting buat bisa memilah mana berita yang layak dibaca dan dipahami,” katanya.

Harapan pun mereka sampaikan untuk gelaran tahun depan, agar PJTD selanjutnya bisa lebih sukses. 

“Semoga PJTD berikutnya lebih meriah dan lebih gacor,” ujar Nina. 

Terpisah, Abdurrahman Raher Azzahidan dari UKM Jurnalistik Polnes juga menyampaikan kesan serupa. 

“Seru, banyak informasi baru yang saya dapat, terutama soal konferensi pers dan bagaimana menggali informasi lewat pertanyaan,” ujarnya.

Ia turut menyampaikan harapannya agar PJTD Sketsa tahun depan bisa digelar lebih besar lagi. 

“Lebih megah, lebih spektakuler,” tutupnya. (tha/ner)