Kontroversi dan Keunggulan DeepSeek: Model AI Terbaru dari China yang Mengancam Dominasi ChatGPT

Kontroversi dan Keunggulan DeepSeek: Model AI Terbaru dari China yang Mengancam Dominasi ChatGPT

Sumber Gambar: BSI News

SKETSA - Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan kecerdasan buatan (AI) semakin pesat. Saat ini, telah hadir sebuah terobosan baru dan inovasi AI dari startup teknologi China, yaitu ‘DeepSeek’. AI ini diklaim menawarkan kemampuan yang mengesankan dilengkapi fitur-fitur inovatif yang canggih.

DeepSeek dirancang untuk memiliki kemampuan analisis data yang cepat terhadap berbagai situasi kompleks, self-learning atau pembelajaran mandiri, serta adaptasi yang lebih baik. Model AI ini juga diklaim memiliki ‘memori panjang’ yang dapat mengingat dan mereferensikan informasi dari bagian awal percakapan meski telah berjalan lama. Oleh karena itu, DeepSeek digadang-gadang mampu menyaingi bahkan melampaui kemampuan model AI lainnya, seperti ChatGPT.

Berikut Sketsa rangkumkan beberapa keunggulan DeepSeek dibanding model AI lainnya:

Efisiensi Biaya
Proses pembuatan DeepSeek diketahui hanya memakan biaya di bawah 6 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar 97,7 miliar rupiah dalam waktu dua bulan saja. Selain itu, DeepSeek juga menggunakan lebih sedikit memori dibandingkan AI lainnya, sehingga membuatnya menjadi lebih hemat biaya.

Kecepatan Respons
DeepSeek dikenal dengan kemampuan respons yang lebih tinggi dibanding AI lainnya. Dalam tugas-tugas yang kompleks, seperti coding atau pemrograman dan analisis data, DeepSeek dapat memberikan solusi cepat dalam waktu singkat.

Kemampuan Penalaran Matematika
Dalam penalaran matematika, akurasi DeepSeek mencapai 95 persen. Persentase ini bahkan lebih tinggi dari ChatGPT yaitu hanya mencapai 92 persen.

Fitur Open Source
Berbeda dengan AI lainnya, DeepSeek memiliki fitur open source yang memungkinkan penggunanya untuk memodifikasi dan mengoptimalkan model sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hal ini dapat membuka peluang, kolaborasi, dan inovasi yang lebih luas.

Kemampuan Integrasi
Selain menyediakan fitur open source, DeepSeek juga memungkinkan untuk dapat diintegrasikan dengan platform lain, seperti Google Workspace.

Pada awal peluncurannya, Sabtu (25/1) lalu, DeepSeek tidak terlepas dari berbagai kontroversinya. Kontroversi ini melibatkan isu privasi, keamanan data, dan juga dampaknya terhadap industri pencarian informasi berbasis AI lainnya. Di awal perilisannya, teknologi AI DeepSeek berhasil mengguncang saham perusahaan teknologi global seperti NVIDIA dan Microsoft. 

Lebih lanjut, DeepSeek juga terseret tudingan membocorkan data penggunanya. Komisi Perlindungan Informasi Pribadi (PIPC) Korea Selatan pada Selasa (25/2) lalu mengeluarkan statement untuk menghentikan pengunduhan pada aplikasi DeepSeek. 

Hal ini diduga akibat penemuan indikasi bahwa chatbot AI DeepSeek membagikan data pengguna Korea Selatan pada ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di Tiongkok.

Dilansir dari artikel online Tempo, Kaspersky yang merupakan sebuah perusahaan keamanan siber global juga telah mengeluarkan peringatan terkait bahaya penggunaan DeepSeek. Peneliti keamanan dari Kaspersky, Leonid Bezvershenko menyebutkan, fitur open source dari DeepSeek dianggap pedang bermata dua. Di satu sisi, dapat menciptakan transparansi dan inovasi, tetapi di sisi lain juga menghadirkan risiko keamanan.

Ia meyakini bahwa penggunaan fitur open source tidak menjamin bagaimana data ditangani, terutama ketika orang lain menyebarkannya.

“Sifat sumber terbukanya, merupakan pedang bermata dua,” ungkapnya dalam keterangan tertulis pada artikel Tempo, Jumat (14/2). (nav/myy)