Sumber Gambar: Website Letterboxd
SKETSA - Tahun ini, dunia sinema Indonesia disambut dengan sebuah film komedi dengan formula yang agak lain dari film komedi kebanyakan. Agak Laen, film gubahan sutradara Muhadkly Acho tayang pada 1 Februari lalu, menggaet banyak komika lokal yang berhasil membawakan komedi segar yang telah mengisi seluruh ruang bioskop Indonesia dengan gelak tawa para penonton.
Film ini berhasil menggaet hingga hampir 9.000.000 penonton, menjadikannya film dengan jumlah penonton terbanyak nomor 2 di Indonesia. Setelah menjadi film yang laris di Indonesia, Agak Laen kemudian berkesempatan untuk tayang di bioskop Amerika Serikat. Dilansir melalui cnnindonesia.com, penayangan film Agak Laen akan ikut meramaikan bioskop Malaysia, Brunei, dan Singapura.
Film ini mengisahkan 4 sahabat yang bergabung menjalankan bisnis rumah hantu di sebuah pasar malam. Rumah hantu mereka awalnya tidak dapat menarik pelanggan baru hingga terancam untuk bubar dan diganti dengan wahana lainnya. Namun, sejak Oki (Oki Rangga Winata) datang dan memberikan gebrakan baru untuk wahana mereka, akhirnya rumah hantu menjadi laris dan menarik banyak pengunjung.
Dalam menjalankan bisnis mereka, keempatnya memiliki motivasi masing-masing. Bene (Bene Dion) yang ingin mengumpulkan uang untuk meminang sang kekasih, Jegel (Indra Jegel) demi melunasi hutang judinya, Boris (Boris Bokir) mengumpulkan uang agar bisa masuk TNI lewat jalur orang dalam, dan Oki untuk menebus obat ibunya yang sakit parah.
Kejadian tidak terduga kemudian menimpa mereka. Seorang caleg meninggal di dalam rumah hantu mereka setelah mengalami serangan jantung akibat ketakutan. Alih-alih melaporkannya ke pihak berwajib, empat sahabat itu justru mengubur mayat sang caleg di dalam rumah hantu mereka.
Kuburan caleg tersebut menambah keangkeran dari wahana mereka yang akhirnya membuat bisnis mereka sukses besar. Namun, karena tindakan yang mereka lakukan, keempatnya harus berurusan dengan banyak masalah yang tidak sengaja mereka buat.
Film ini berhasil mengocok perut para penontonnya dengan banyaknya humor yang disampaikan dengan cepat, jelas, dan tepat. Hampir semua candaan dibawakan secara to the point, tidak ada pengantar yang bertele-tele sebelum jatuh ke titik lucunya. Hal ini juga didukung oleh banyak komika yang bermain di film ini, mereka paham bagaimana mengantarkan jokes di waktu yang tepat.
Agak Laen memiliki kandungan satir yang cukup banyak dan dikemas dalam komedi gelap. Salah satunya seperti banyak orang yang akan menggunakan segala cara demi keberhasilan usaha mereka, meskipun menggunakan cara yang tidak bermoral sekali pun. Hal ini ditunjukkan dengan cara mereka untuk menggaet pengunjung dengan mengencingi kuburan caleg yang meninggal di wahana mereka demi memunculkan aura mistis.
Tidak hanya itu, mereka mampu membawakan candaan yang menyenggol ke segala aspek seperti politik, agama, ras, bahkan ke disabilitas. Hanya saja, disabilitas yang mereka tampilkan di film ini agaknya menjadi nilai minus dari film ini, yang akan dibahas nanti.
Sebagai film yang bermuara di latar rumah hantu, pastinya akan ada satu-dua adegan yang melibatkan suasana horor. Film ini berhasil untuk menampilkan kesan horor yang baik dengan cara yang sederhana. Meskipun esensi horornya berkurang ketika mencapai pertengahan hingga akhir film.
Film ini tau bagaimana menempatkan mana adegan lucu-lucuan, dengan adegan yang serius dan haru. Seperti bagian ketika Oki menemui ibunya yang sedang sakit. Tentu masih ada bumbu-bumbu komedi, tetapi porsinya sengaja dikurangi agar tidak kehilangan esensi haru dari bagian yang memang sedih dan serius.
Terlepas dari pembawaan komedinya yang luar biasa, ada banyak hal yang kurang dari film ini. Seperti yang sudah penulis singgung, masalah representasi disabilitas film ini rasanya kurang hingga ke titik yang cukup buruk. Obed, seorang tuna wicara yang di film ini bergerak menjadi seorang saksi dari kelakuan empat serangkai itu, kesannya tidak natural. Hal ini pun dipengaruhi oleh aktor aslinya yang bukan seorang tuna wicara. Kesannya seperti meniru-niru orang bisu yang terlalu berlebihan, seperti olok-olokkan ke tuna wicara yang sebenarnya.
Kekurangan lainnya yang cukup banyak diprotes oleh penonton adalah product placement yang mengganggu di film ini. Penempatan iklan produk di film ini cukup buruk, levelnya seperti iklan di dalam sebuah episode sinetron. Product placement yang buruk ini sepertinya sudah menjadi penyakit dari film-film Indonesia yang masih belum bisa meletakkan iklan sponsor mereka secara tepat.
Sebagai film yang dari awal hingga akhir menyajikan komedi tiada henti, pastinya ada beberapa jokes yang tidak tersampaikan dengan baik ke para penonton. Beberapa jokes memang membuat tertawa, tapi pesan yang sebenarnya jadi sulit untuk ditangkap oleh banyak orang yang awam terhadap inside jokes dari komika.
Tahun 2024 berhasil dibuka dengan film komedi yang membuat ngakak dengan muatan jokes satir yang membuat penontonnya tertawa dalam ironi. Agak Laen telah membentuk sebuah standar film komedi Indonesia yang baru. Harapannya dengan kemunculan film yang “agak lain” ini, para pembuat film komedi di Indonesia bisa membenahi cara mereka membawakan sebuah candaan yang baik.
Film ini memang, Agak Laen. (zrt/mar)