Dirty Vote, Film Dokumenter yang Membongkar Kejanggalan Pemilu 2024

Dirty Vote, Film Dokumenter yang Membongkar Kejanggalan Pemilu 2024

Sumber Gambar: Akun X @Dandhy_Laksono

SKETSA - Skenario yang bagus tidak hanya disajikan dalam dunia laga atau lakon. Namun pada dunia perpolitikan juga berlaku melalui manuver politik yang apik. ‘Dirty Vote’ tengah ramai dibicarakan di dunia maya dan disebut-sebut sebagai film yang membongkar serta menggambarkan secara detail kontroversi pada Pemilu 2024. 

Film dokumenter yang diharapkan dapat menjadi pendidikan politik ini dibintangi oleh tiga ahli hukum tata negara, yaitu Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar.

Film dokumenter garapan sutradara Dandhy Dwi Laksono dirilis pada Minggu (11/2) lalu. Perilisan dokumenter ini tepat pada hari pertama masa tenang kampanye Pemilu 2024. Dandhy juga menggarap beberapa dokumenter sebelum Dirty Vote, diantaranya Samin vs Semen (2015), Sexy Killers (2019), Pulau Plastik (2021), The Endgame (2021), dan Barang Panas (2023).

Apabila kita sering melihat berita-berita mengenai kontroversi yang membersamai siklus Pemilu kali ini, tetapi tidak paham bagaimana kronologi lengkapnya dan apa yang terjadi sebenarnya, film dokumenter ini menggabungkan potongan-potongan berita tersebut seperti sebuah puzzle dan merangkumnya dari awal hingga akhir. 

Sebagian besar isi film dokumenter ini menampilkan hasil riset dan statistik tanpa opini pribadi. Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar memberikan gambaran secara detail mengenai skenario yang digunakan dalam melangsungkan kejanggalan tersebut. Mulai dari keterlibatan aparatur negara, intervensi, politik gentong babi, hingga mempermainkan konstitusi.

Dirty Vote memberikan semua informasi yang kita butuhkan dan layak untuk diketahui publik. Dokumenter ini dengan berani membongkar bagaimana cara aparatur negara mengacak-acak konstitusi demi melanjutkan kekuasaan, melakukan intervensi terhadap para kepala desa, penyalahgunaan bantuan sosial (Bansos), hingga keterlibatan aparatur negara dalam kampanye ketiga paslon. 

Selain membongkar pelanggaran etik yang dilakukan berbagai pihak, dokumenter ini juga membongkar bagaimana KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan BAWASLU (Badan Pengawas Pemilu) turut terlibat dalam kecurangan. 

Bawaslu yang seharusnya mengawasi pun justru tidak melakukan apa-apa saat kecurangan dipertontonkan secara terang-terangan. Film dokumenter ini menampilkan cuplikan video dan tangkapan layar dari beberapa berita sebagai pendukung. 

Akibatnya, film dokumenter ini dikecam beberapa pihak bahkan dituding sebagai film penyebar fitnah hingga mempertanyakan kapasitas para ahli hukum tata negara yang terlibat dalam film dokumenter ini. 

Dirty Vote menyajikan kontroversi-kontroversi yang menyertai Pemilu 2024 dan merangkum semuanya secara kronologis yang cocok ditonton di saat-saat terakhir sebelum pemilihan. Setidaknya untuk membuka mata terkait kejanggalan yang terjadi dalam pemilu dan bagaimana demokrasi Indonesia terancam oleh pihak-pihak haus kekuasaan tanpa condong atau berat ke salah satu paslon. Film dokumenter ini menyadarkan kita akan kondisi demokrasi negara saat ini. 

Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar menunjukkan raut kekecewaan mereka usai membongkar serangkaian kontroversi dan bagaimana kontroversi itu ternyata dipertontonkan secara terang-terangan.

“Menyusun dan menjalankan skenario kotor ini tak perlu kecerdasan atau kepintaran, yang diperlukan cuman dua yaitu mental culas dan tahan malu,” tutup Bivitri Susanti di akhir dokumenter. (ner/mar)