Satu Tahun Perjalanan Laboratorium Intelektual Humanawa

Satu Tahun Perjalanan Laboratorium Intelektual Humanawa

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Dalam perjalanannya selama satu tahun, Laboratorium Intelektual Humanawa telah mewarnai lanskap intelektual Unmul dengan semangat literasi dan diskusi kritis. Meski bergerak dengan sumber daya terbatas, komunitas ini telah menunjukkan bahwa kualitas pemikiran dan keberanian untuk berkolaborasi dapat menghasilkan dampak yang signifikan.

Setiap Rabu, kecuali saat hujan turun atau libur semester, Humanawa secara konsisten menggelar lapak baca di taman Unmul. Layaknya gelombang pasang surut, jumlah pengunjung lapak baca ini bervariasi dari minggu ke minggu. Ada kalanya taman dipenuhi oleh mahasiswa, namun tak jarang pula lapak baca hanya ditemani oleh semilir angin dan rindangnya pepohonan. 

Meski demikian, konsistensi Humanawa dalam menghadirkan ruang literasi ini patut diapresiasi sebagai upaya membangun budaya membaca di lingkungan kampus.

Namun, Humanawa tak berhenti pada lapak baca semata. Kolaborasi demi kolaborasi dijalin, menciptakan jembatan pemikiran antara berbagai komunitas dan organisasi. Bersama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Unmul, mereka menggali makna toleransi yang semakin tergerus zaman. 

Diskusi bertajuk "Toleransi Lintas Agama, Budaya, dan Ideologi: Sebuah Keberlanjutan atau Angan-Angan di Masa Depan?". Mungkin tak menarik massa yang besar, namun kualitas diskusi yang terjalin sungguh memukau. Para peserta yang hadir terlibat dalam dialog mendalam, membedah konsep toleransi dari berbagai sudut pandang. 

Diskusi tersebut berhasil mengupas lapisan-lapisan kompleks dari isu toleransi, mulai dari akar historisnya hingga proyeksi masa depannya dalam konteks Indonesia yang beragam.

Tak berhenti di situ, Humanawa bersama Kopri PMII Unmul, Jatam Kaltim, dan TerAksara mengangkat isu yang menggetarkan Bumi Etam: "Pemberdayaan Lingkungan dan Perempuan Adat dalam Menghadapi Mega Proyek IKN". Kolaborasi ini menarik minat di luar dugaan. Ruangan diskusi dipenuhi oleh peserta dari berbagai latar belakang, menunjukkan besarnya keresahan dan rasa ingin tahu masyarakat terhadap isu ini. 

Diskusi berlangsung dengan sangat substantif, menghadirkan perspektif yang holistik tentang dampak mega proyek terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat adat, khususnya perempuan. Para pembicara tidak hanya memaparkan masalah, tetapi juga menawarkan solusi dan strategi pemberdayaan yang konkret.

Dalam kolaborasi intim dengan FreeThinker, Humanawa berani mengupas tuntas realitas yang kerap terselubung dalam dunia akademik melalui diskusi "Menilik Buruh Kerah Putih: Masihkah Layak Menjadi Dosen?". Meski hanya dihadiri oleh segelintir orang, namun kaya akan substansi. Topik yang diangkat membedah secara kritis realitas profesi dosen di era kontemporer, mulai dari isu remunerasi hingga tantangan akademik di era digital. Diskusi ini berhasil menghadirkan refleksi mendalam tentang masa depan pendidikan tinggi dan peran dosen di dalamnya.

Tak hanya berkutat dengan kata dan pemikiran, Humanawa juga turun langsung ke lapangan. Pada awal Agustus 2023, Humanawa berkolaborasi dengan Komunitas Suara Pergerakan mengadakan aksi bersih-bersih taman Unmul. Meski hanya diikuti oleh anggota internal, dampak dari aksi ini ternyata cukup signifikan. Beberapa organisasi mahasiswa terinspirasi untuk melakukan gerakan serupa, menciptakan efek domino positif dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus.

Instagram @labintelek_humanawa menjadi jendela digital Humanawa ke dunia luar. Namun, intensitas unggahan semakin menurun seiring berjalannya waktu. Hal ini tidak terlepas dari fokus para anggota yang sedang menyelesaikan tugas akhir perkuliahan. Meski demikian, akun ini tetap menjadi arsip digital perjalanan Humanawa selama setahun terakhir.

Dengan jumlah anggota aktif yang dapat dihitung dengan jari, Humanawa menghadapi tantangan dalam mengelola berbagai kegiatan secara bersamaan. Namun, keterbatasan ini justru mendorong kreativitas dalam berkolaborasi dan memaksimalkan sumber daya yang ada. 

Pembelajaran berharga yang didapat adalah bahwa kualitas pemikiran dan keberanian untuk membuka diri terhadap kolaborasi, dapat menghasilkan dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar mengandalkan kuantitas anggota.

Mengingat tantangan yang dihadapi, Humanawa memutuskan untuk mengambil jeda selama tiga sampai empat bulan ke depan. Periode hiatus ini akan dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan menyusun strategi baru. Fokus utama akan diarahkan pada pengembangan riset dengan tema awal "Ruang Literasi & Kajian Isu Kemanusiaan" menggunakan pendekatan analisis kritis sosial humaniora.

Satu tahun perjalanan Laboratorium Intelektual Humanawa telah membuktikan bahwa semangat literasi dan pemikiran kritis dapat tumbuh bahkan di tengah keterbatasan. Melalui kolaborasi yang erat dengan berbagai pihak, Humanawa telah berkontribusi dalam memperkaya wacana intelektual di Unmul dan sekitarnya. 

Ke depan, dengan fokus baru pada riset dan analisis kritis, Humanawa berharap dapat memberikan sumbangsih yang lebih signifikan dalam mengkaji isu-isu kemanusiaan kontemporer.

Press Release ini ditulis oleh Davynalia Pratiwi Putri Mahasiswi Program Studi Sastra Indonesia FIB Unmul angkatan 2021, selaku Kepala Bidang Administrasi & Pendanaan Komunitas Laboratorium Intelektual Humanawa.