Sumpah Pemuda adalah momentum yang tepat untuk mengevaluasi sekaligus memasang kembali kuda-kuda konsolidasi bagi setiap barisan pemuda. Para pendahulu telah memberi contoh nyata bagaimana bersikap untuk menghadapi tantangan pada masanya. Pergeseran zaman tidak serta merta mengubah pandangan pemuda masa kini terkait momentum penting bernama Sumpah Pemuda.
Fakta di lapangan tampaknya perlu dijadikan tamparan keras bagi generasi muda saat ini mengingat mereka adalah pondasi berdirinya Indonesia di masa depan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Kaltim Post, data menunjukkan bahwa generasi muda saat ini tengah mengalami masa krisis moral dan etika, seperti penyalahgunaan narkoba dan pergaulan bebas. Ironinya, mereka menjadi pengguna dan pelaku hubungan seks di luar nikah masih tergolong di bawah umur.
Teks Sumpah Pemuda adalah simbol pemersatu Bangsa Indonesia hingga saat ini. Maka sudah sepantasnya generasi muda mampu mengilhami dan mengambil makna dasar perjuangan darinya. Substansi utama dari Sumpah Pemuda tercantum dari bait demi bait kata, hingga untuk memahaminya paling tidak kita telah mengenal setiap untaian katanya. Hal ironis kembali harus dirasakan, masih dari survey yang sama menyebutkan bahwa seratus persen dari objek survey (usia 17 – 30 tahun) sebagai representasi generasi muda tidak dapat melafalkan dengan benar isi Sumpah Pemuda. Semoga ini bukan pertanda bahwa momen penting dalam pondasi kemerdekaan Bangsa Indonesia itu mulai hilang dari benak generasi muda saat ini.
Kebebasan dan alpa akan fakta sejarah adalah muara runtuhnya jiwa petarung seorang pemuda. Padahal sejarah mencatat dengan baik bahwa kebangkitan sebuah bangsa dimulai dari kualitas gairah para pemudanya. Dewasa kini kiprah pemuda masih dinanti oleh sebagian besar para golongan tua yang tengah memikul beban kepemimpinan Bangsa Indonesia. Ada pemuda yang tetap bergerak namun ada pula yang memilih untuk menghindari gejolak. Runtuhnya gairah ini seakan mengubur dialektika dan dinamika perjuangan sosok pemuda yang dirindukan oleh Bangsa Indonesia.
Tongkat estafet kepemimpinan bangsa akan segera diserahkan kepada pemuda cepat atau lambat. Belum tuntas kekhawatiran kita menghadapi era bonus demografi beberapa tahun yang akan datang, kini masyarakat dipusingkan dengan kualitas dan kapabilitas anak muda yang dicitrakan buruk. Hal ini tak terlepas dari minimnya rasa kepedulian dan diperparah dengan era kompetisi yang semakin menenggelamkan jati diri bangsa sebagai bangsa yang bersifat ramah dan identik akan budaya gotong royong selain keindahan alamnya.
Keseimbangan pengelolaan potensi anak muda harus kembali dipulihkan. Tentu menjawabnya harus dibarengi dengan sinergisitas berbagai pihak terkait. Sebut saja aspek lingkungan keluarga, sekolah hingga aturan pemerintah dalam menjamin upaya-upaya perlindungan generasi mudanya dari berbagai ancaman. Pemerintah memiliki andil besar dalam perbaikan generasi muda, terbukti visi merevolusi mental adalah salah satu indikator keseriusan pemerintah dalam menyongsong perubahan mendasar dalam berbagai upaya-upaya perbaikan yang mutlak dilakukan.
Kita tidak boleh buta apalagi tuli dari nasib anak muda saat ini, sebab sudah seharusnya kita kembalikan semangat anak muda pada jalurnya. Hidupkan kembali api pengorbanan yang perlahan mulai padam. Berkorban waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendesain masa depan bangsa dan negara yang tampak semakin tua. Energi baru Indonesia bermuara pada gejolak dan kegelisahan para pemudanya. Kekhawatiran akan roda kepemimpinan yang tak berputar dengan baik, seolah menjauhkan pemuda dalam eksistensi perbaikan.
Sudah saatnya pemuda turun tangan dalam memperbaiki serta memformat kembali masa depan bangsa yang kini seakan redup diterpa badai pesimisme. Jangan terjebak pada rayuan jabatan sebab nyawa pemuda muaranya ada pada peran dan kemauan yang kuat. Tepis badai liberalisme dengan kemauan untuk berkomitmen dalam perbaikan dan hancurkan virus individualisme dengan kolaborasi.
Sebab persoalan kepemimpinan bangsa bukan lagi mau atau tidak, melainkan tentang perbekalan yang dapat dinikmati kelak. Bangkitkan rasa peduli! Jadikan generasi muda Indonesia sebagai generasi yang siap membawa Indonesia menjadi negara manusiawi dan kembali disegani dunia bukan karena media tapi karena anak mudanya setia pada sejarah berdirinya bangsa. Berhentilah mengeluh. Ayo serentak bergerak, sudah saatnya kita bertindak. Sebab Indonesia masih pantas diperjuangkan. Selamat hari Sumpah Pemuda!
Ditulis oleh:
Muhammad Teguh Satria, Presiden BEM KM Unmul 2016