Yakin Menang, Endra: Norman Miskin Pengalaman

Yakin Menang, Endra: Norman Miskin Pengalaman

SKETSA – Voting online penentu presiden dan wakil presiden BEM KM Unmul dalam gelaran Pemira 2016 dimulai besok (25/10). Perang urat saraf antar dua pasangan calon sempat memuncak. Sayang, saat debat kandidat pada Sabtu (21/10) akhir pekan lalu, Endra-Dicky maupun Norman-Bhakti disebut panelis tak paham masalah. Walhasil, Pemira 2016 bukan lagi perang antar sesama calon, melain perang melawan golongan putih alias golput.

Sejak awal Pemira 2016 digelar, banyak pihak yang meragukan pesta demokrasi terbesar se-Unmul itu bakal berlangsung antusias. Pasalnya, kedua pasangan calon merupakan mahasiswa dari “warna” yang sama. Endra maupun Norman sama-sama merupakan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Keduanya pun berasal dari organisasi yang sama di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Tak tanggung-tanggung, keduanya pun sempat diisukan merupakan calon boneka.

Akan tetapi, kedua pasang calon tegas membantah tudingan tersebut. Kepada awak Sketsa, Endra mengatakan, dirinya maju sebagai calon presiden BEM KM Unmul didampingi Dicky murni dorongan hati untuk mengabdi kepada mahasiswa Unmul. Bahkan, ia sangat serius dengan melakukan serangkaian publikasi media secara masif. Hasilnya, jumlah pengikut di akun media sosial tim pemenangannya jauh lebih banyak daripada Norman-Bhakti.

“Boneka dari mana? Pendukung kami banyak. Lihat saja hasil voting nanti,” ucap Endra.

Bahkan, ia tegas menyerang sosok Norman masih sangat minim pengalaman. Jauh jika dibandingkan dengan dirinya yang sudah merasakan asam, manis, pahit, dan getirnya pergerakan mahasiswa. “Bukan sombong, tapi itu fakta. Saya pernah menjabat ketua BEM FEB 2015. Sementara Norman belum pernah memimpin lembaga, dia hanya kepala departemen,” kata dia.

Dukungan Pusat Studi Islam Mahasiswa (Pusdima) maupun Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang diisukan mengalir deras ke Norman pun dia anggap santai. Pasalnya, sejak awal ia optimistis bisa meyakinkan mahasiswa Unmul dengan visi, misi, serta program kerja yang jauh lebih lugas dan realistis dibandingkan pasangan Norman-Bhakti. Apalagi sampai melakukan open recruitment yang menurutnya tidak perlu dan terlalu ”lebay”“Mahasiswa Unmul tidak perlu yang muluk-muluk, tapi yang nyata dan memang dibutuhkan,” tutur dia.

Terkait ajakan golput yang begitu gencar, bahkan dari internal FEB, pria yang juga menjabat sebagai kepala departemen kebijakan publik di KAMMI Kaltim itu menyikapinya santai. Pasalnya masalah tersebut sudah terjadi dari tahun ke tahun. Namun ia tetap meminta mahasiswa yang enggan memberikan suaranya dalam Pemira untuk membuka mata dan tetap melakukan perubahan dan perbaikan bagi kampus Unmul.

“Siapapun yang terpilih itu tidak akan menurunkan kualitas (BEM KM Unmul, Red.). Kalau menurun, silakan tolak dan tetap jadi golput,” yakin dia.

MELANJUTKAN PROGRAM

Tampak berkampanye dengan menjajakan sejumlah program unggulan. Endra-Dicky mengusung program andalan yang sama persis dengan Teguh-Dimas, yang saat ini masih menjabat. Yakni Garuda Mulawarman dan Mulawarman Festival (Mulfest). Menolak disebut miskin inovasi, melanjutkan program tersebut dia anggap berhasil menjawab keinginan mahasiswa Unmul. “Program yang baik dan sukses, tentunya harus dilanjutkan,” kata mahasiswa Program Studi (Prodi) Akutantasi itu.

Tak melulu melanjutkan, Endra juga menyampaikan kritiknya terhadap kepengurusan BEM KM Unmul era Teguh-Dimas. Menurutnya, selama ini pelayanan BEM KM Unmul belum merata. Kampus di luar Gunung Kelua (GK) jadi “anak tiri”. Jarang tersentuh kegiatan-kegiatan BEM KM Unmul.

“Jangan sampai kampus luar GK hanya dikunjungi ketika ada kepentingan saja. Mestinya, mereka dilibatkan dalam setiap kegiatan BEM KM Unmul selayaknya kampus GK. Salah satu dari mereka bahkan bilang ke saya, hanya dilibatkan dalamprogram kerja Pena Eksperia saja,” ujarnya.

Tak hanya menyoal perhatian, bagi Endra, jalinan keutuhan komunikasi KM Unmul pun perlu segera dibenahi. Saat ini, kondisinya tercerai-berai. Ia bakal melakukan sejumlah upaya untuk menjawab masalah tersebut. Dimulai dengan bertanya dengan kepengurusan sebelumnya, hingga gelar duduk bersama. Kemudian, meyakinkan kepengurusannya tidak sama dengan kepengurusan sebelumnya. “KM Unmul harus utuh dan padu,” pungkasnya. (aml/im)