Sumber Gambar : Istimewa
SKETSA – Pemilihan umum raya (Pemira) di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) kini telah melahirkan pemimpin baru. Pasangan terpilih Yulvia Septi Annisa dan Rinna Rahmatika Purwati yang ditetapkan pada Jumat (18/12) lalu sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur BEM FKM Unmul 2021 menandakan bahwa pesta demokrasi di FKM telah berakhir dengan aklamasi.
Kendati demikian, keberhasilan tersebut tak lantas tanpa masalah. Terutama yang dirasakan oleh Panitia Komisi Penyelenggara Pemilu Raya (KPPR) dalam proses pelaksanaannya. Dilansir dari laman Instagram Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FKM pada @dpmfkm_unmul, sempat beberapa kali terjadi kendala. Di antaranya ialah maklumat yang di publish pada (11/12) terkait pasangan calon (paslon) yang lolos tahap verifikasi secara demokrasi terpaksa harus melawan kotak kosong.
Dikonfirmasi oleh Sketsa pada Selasa (22/12) lalu terkait langkah dan keputusan yang diambil untuk menerapkan pemilihan suara, Hilda Marfu'ah Rozkiah selaku Ketua KPPR menerangkan bahwa apapun kepurusan yang telah di ambil merupakan keputusan tepat. Lantaran hal itu demi kehidupan demokrasi di FKM.
“Insyaallah, dari kita merasa itu langkah yang cukup tepat untuk tetap mewujudkan kehidupan demokrasi di FKM. Di mana teman-teman mahasiswa tetap bisa memberikan hak suaranya,” tutur Hilda.
Namun, Hilda juga menerangkan bahwa agenda Pemira yang diselenggarakan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Ia menganggap, keberhasilannya dikarenakan gubernur dan wakil gubernur terpilih dapat melanjutkan kursi kepemimpinan di kampus tersebut.
“Walaupun banyak kendala seperti yang sebelumnya sudah kita paparkan. Alhamdulillah Pemira Gubernur dan Wakil Gubernur BEM FKM Unmul sudah sesuai harapan. Di mana didapatkannya pasangan calon terpilih yang akan meneruskan kursi kepemimpinan BEM di FKM Unmul,” tambahnya.
Selain kebanggaan akan keberhasilan KPPR yang telah mencetak pemimpin baru. Dirinya juga berpesan dan berharap, dengan adanya pemimpin baru yang melanjutkan estafet perjuangan di FKM menandakan bahwa demokrasi masih di junjung tinggi di kampus ini. Ia berdoa, semoga pemimpin terpilih mampu membuat FKM jauh lebih baik lagi.
“Harapannya, dengan terpilihnya gubernur dan wakil gubernur BEM FKM yang baru dapat menjadikan FKM lebih baik lagi,” pungkasnya.
Persiapan-persiapan yang dilakukan untuk memeriahkan pesta demokrasi di FKM tak hanya dilakukan oleh KPPR saja. Paslon Yulvia dan Rinna yang menjadi gubernur dan wakil gubernur terpilih pun ikut sibuk dalam menjalankan persiapan pada Pemira ini.
Dihubungi Sketsa pada Selasa (22/12), Yulvia selaku gubernur terpilih menerangkan bahwa dirinya dan Rinna sedikit kesulitan dengan waktu yang mepet. Di mana keduanya juga sedang menjalani Pengalaman Belajar Lapangan (PBL).
“Terkait persiapan kemarin, terdapat beberapa kesulitan. Dari waktu yang mepet, timeline Pemira yang singkat dan juga saat itu saya dan wakil saya sedang menjalani PBL seperti kegiatan KKN versi fakultas. Yang mana kegiatan itu merupakan kegiatan lapangan yang harus turun langsung ke masyarakat,” paparnya.
Hal tersebut rupanya tidak menjadi halangan yang berarti bagi mereka berdua. Perempuan yang kerap disapa Vivi itu menyatakan, kegiatan yang berbarengan tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus melaksanakan setiap tahapan-tahapan Pemira. Terutama terkait administrasi dan kampanye kepada setiap angkatan.
Terkait pandangan terhadap minimnya partisipasi mahasiswa dalam Pemira tahun ini, Vivi beranggapan jika hal tersebut disebabkan oleh mahasiswa dari beberapa angkatan yang ada memang tergolong sedikit.
“Terkait dengan paslon yang minim dalam mendaftar, hal tersebut akibat dari jumlah dua angkatan yang memang sedikit sejak awal, yakni angkatan 2018 dan 2019. Serta akibat dari jumlah UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang banyak. Sebanyak 9 UKM dengan rentang jumlah mahasiswa yang sedikit,” ungkapnya.
Dengan sistem pemungutan suara yang melawan kotak kosong, ia berpendapat jika keputusan yang telah diambil oleh penyelenggara dirasa sudah tepat. Mahasiswa yang menggunakan hak suaranya lebih memilih dirinya dan pasangannya. Menurutnya, mahasiswa FKM mengedepankan kepentingan pemimpin yang lebih baik di kampus tersebut.
“Pemilihan kotak kosong memang dasarnya telah ditetapkan dari KPPR sejak lama, dan dari paslon harus bersedia dalam setiap ketetapan dan keputusan yang ada. Tepat atau tidak, melawan kotak kosong untuk menilai bagaimana tingkat partisipasi mahasiswa FKM Unmul dalam meramaikan Pemira tahun ini. Dengan jumlah pemilih sebanyak 202 orang yang sah, sebanyak 187 orang memilih paslon Vivi - Rinna, dan 15 orang memilih kotak kosong,” jelasnya.
Vivi berharap, mahasiswa dapat lebih meramaikan pesta demokrasi di Pemira selanjutnya. Sikap ini merupakan bentuk dari hidupnya demokrasi di FKM, selain untuk meramaikan kegiatan.
“Saya harap, ke depannya bakal ada calon pemimpin dengan dua paslon. Sehingga euforia Pemira lebih terasa. Jika memang tahun depan tetap melaksanakan sistem online, maka pihak KPPR yang harus lebih progresif dalam mengupayakan sistem yg lebih baik,” tutupnya. (fzn/len)