Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperta Unmul mengadakan dialog publik bersama petani, dalam rangka menyambut Hari Tani Nasional yang diperingati setiap 24 September di Taman Unmul.
Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa dengan narasumber Bambang Ikhwan Hidayat, Founder P4S Puri Leisa. Ada pula Nanda Ginanjar, Duta Petani Milenial Kalimantan Timur, dan Sarminto, Petani Lokal Samarinda.
Dialog ini bertujuan untuk mendengarkan langsung aspirasi petani terkait berbagai isu yang mereka hadapi. Contohnya, kepemilikan lahan, perubahan iklim, hingga kebijakan pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian.
Adapun topik yang dibahas dalam dialog ini berupa:
Sarminto, Kemelut Lahan Pertanian di Samarinda
Sarminto mengungkapkan bahwa masih banyak petani di Samarinda yang tidak memiliki lahan sendiri dan hanya bertindak sebagai penggarap. Konflik terkait klaim kepemilikan lahan kerap terjadi, sehingga dibutuhkan kebijakan yang memberikan perlindungan bagi petani penggarap agar lahan tidur dapat dioptimalkan kembali sebagai lahan produktif.
Ia juga menyampaikan kekhawatiran terkait minimnya jumlah PPL yang hanya sekitar 18 orang, yang mengakibatkan kurangnya koordinasi di lapangan. Mereka mengusulkan agar PPL Swadaya diberi kompensasi untuk meningkatkan semangat membantu petani yang membutuhkan bimbingan teknis.
Hilirisasi yang buruk menyebabkan distribusi dan harga pangan menjadi tidak stabil. Kebijakan terkait kepemilikan lahan minimal 2 hektar bagi petani juga menjadi sorotan dalam diskusi ini.
Nanda Ginajnar, Membawa Dunia Pertanian ke Generasi Penerus
Nanda Ginanjar, Duta Petani Milenial Kalimantan Timur, memaparkan pentingnya modernisasi sektor pertanian untuk menarik minat generasi muda. Ia menekankan perlunya regenerasi petani muda, mengingat profesi petani sering dianggap sebelah mata.
Bambang Ikhwan Hidayat Kemelut Pertanian di Tengah Gempuran Perubahan Iklim
Menjelaskan dampak perubahan iklim yang semakin mengancam sektor pertanian, serta perlunya menghidupkan kembali pertanian regeneratif. Ia juga menyoroti pentingnya ketersediaan air untuk irigasi dan merekomendasikan pemerintah menyediakan unit konsultasi perubahan iklim untuk petani.
Permasalahan iklim menjadi tantangan besar bagi pertanian, seperti pola musim yang tidak menentu, hujan yang tidak teratur, dan suhu ekstrem yang menurunkan produktivitas. Akibatnya, sekitar 50% lahan sawah kekurangan air.
Selain itu, jumlah petani berkurang karena generasi muda kurang tertarik menjadi petani, sehingga regenerasi terhambat. Petani juga menghadapi kenaikan biaya input seperti pupuk dan benih, sementara harga hasil panen tidak stabil.
Presiden BEM Faperta Unmul, Gabriel Bastian Butar Butar menyatakan, agenda tersebut bertujuan untuk kepentingan para petani.
"Kegiatan ini merupakan wujud kepedulian kami terhadap nasib petani. Kami ingin menciptakan ruang dialog yang konstruktif untuk membahas permasalahan yang ada dan mencari solusi bersama dan harapannya dapat disuarakan kepada pemerintah," katanya.
Acara ini juga diisi dengan sesi tanya jawab interaktif, di mana para petani mengemukakan tantangan yang mereka hadapi, mulai dari biaya input pertanian yang tinggi, berkurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) di sektor pertanian, rumitnya birokrasi pertanian, hingga sulitnya akses air untuk irigasi.
Kesimpulan Dialog: BEM Faperta Unmul
Berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan petani dan pihak terkait lainnya demi kesejahteraan petani serta keberlanjutan sektor pertanian.
Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya peran petani dalam menjaga ketahanan pangan, dan terjalin kerjasama yang lebih erat antara akademisi, praktisi, serta pemerintah.
Press Release ini ditulis oleh Gabriel Bastian Butar Butar, Mahasiswa Program Studi Agribisnis Unmul angkatan 2021, Presiden BEM Faperta Unmul