Sumber Gambar: Website PHP2D
SKETSA - Untuk memajukan desa dan mewujudkan implementasi kompetensi mahasiswa di masyarakat, Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) menjadi kegiatan yang mendukung kemerdekaan belajar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2020. Untuk diketahui, pada 2011 silam program ini dikenal dengan nama Program Hibah Bina Desa (PHBD).
PHP2D menyasar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau Lembaga Eksekutif Mahasiswa, dengan harapan tumbuh rasa peduli untuk membangun desa. Lokasi yang dipilih juga dapat menjadi desa binaan kampus secara berkelanjutan.
Di sisi lain, desa yang dituju dapat mandiri, aktif, dan berwirausaha. Ruang lingkup PHP2D pun beragam, mulai dari pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikan, lingkungan, pariwisata hingga manufaktur.
Pada Sketsa, Minggu (14/3) Kiswanto selaku Koordinator Pusat Pengembangan Kelembagaan dan Pengabdian Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P2KPM-LP2M) menuturkan, mahasiswa Unmul dari semua fakultas dapat mendaftarkan diri pada program ini melalui tautan yang telah disiapkan Kemdikbud. Pendaftaran dan unggah proposal dapat dilakukan sampai dengan 7 April 2021.
PHP2D juga dapat disetarakan dengan KKN (3 SKS) melalui prosedur pengusulan yang berlaku di Unmul. Segala hal teknis terkait proposal tertera di laman kemdikbud.go.id. Terkait dosen yang mendampingi, ia menyebutkan jika hal ini dapat diajukan.
“Proses pembimbingan dapat dilakukan dosen melalui permintaan mahasiswa. Namun demikian, LP2M bisa membantu mengarahkan sekaligus menyarankan dosen yang membimbing mahasiswa,” papar Kiswanto.
Alim Khodimul, mahasiswa Fakultas Farmasi 2018 membagikan pengalamannya saat mengikuti program ini pada 2020 lalu. Ia mengetahui program PHP2D dari media sosial Kemdikbud.
Bersama dosen pembimbing, ia menyusun program, lalu mendaftar secara berkelompok. Maju ke tahap pengajuan proposal, hingga akhirnya lolos dan mendapat pendanaan ke desa yang mereka ajukan. Adapun desa yang mereka tuju sudah melewati hasil survei sebelumnya.
Selama 6 bulan, dirinya mengaku mendapatkan banyak wawasan baru. “Selama program ini saya sangat mendapatkan pelajaran, cara bersosialisasi mengatasi masalah di lapangan, benar-benar program ini membuat mahasiswa tidak hanya merencanakan tetapi terjun ke masyarakat 100 persen,” tuturnya, Senin (15/3).
Ia mengatakan, antusiasme mahasiswa amat besar pada kegiatan ini. Pertanyaan atas pengalamannya itu bahkan datang dari mahasiswa kampus lain, seperti Universitas Lambung Mangkurat dan Pekalongan. Belum lagi universitas lain yang juga mengikuti sosialisasi program ini.
“Sebagaimana mahasiswa mari kita bergerak untuk masyarakat sesuai dengan bidang keilmuan kita masing-masing menuju rakyat kuat bersama mahasiswa,” pesannya. (eng/aot/rst/len)