Pertama di Kaltim, FMIPA Hadirkan Mesin Penukar Botol Menjadi Pulsa Guna Tanggulangi Sampah Plastik

Pertama di Kaltim, FMIPA Hadirkan Mesin Penukar Botol Menjadi Pulsa Guna Tanggulangi Sampah Plastik

Sumber Gambar: Ai Nasyrah/Sketsa

SKETSA – Dalam upaya menanggulangi sampah plastik di lingkungan kampus, FMIPA bekerja sama dengan Indosat menghadirkan satu buah mesin penukar botol plastik. Menjadi yang pertama di Unmul hingga Kaltim, mesin penukar tersebut memberikan benefit berupa pulsa untuk setiap botol plastik yang dimasukkan.

Inovasi tersebut merupakan hasil dari penelitian-penelitian mahasiswa dan dosen mengenai daur ulang sampah plastik. Saat ini terdapat satu mesin yang telah beroperasi dan akan ditambah jumlahnya oleh fakultas.

Adapun cara kerja mesin tersebut adalah menghitung berat dan mengenali jenis botol yang dimasukkan melalui sensor. Botol yang dimasukan harus dalam keadaan kering dan bersih. Untuk botol pertama yang dimasukkan akan menghasilkan seribu rupiah, dan botol selanjutnya akan menghasilkan 50 rupiah. 

Kepala Tata Usaha, Iriansyah menyampaikan penggunaan mesin penukar tersebut tidak hanya ditujukan kepada mahasiswa FMIPA saja, melainkan seluruh lapisan masyarakat. Hanya saja dikarenakan wilayahnya yang terbatas, kebanyakan penggunanya berasal dari mahasiswa FMIPA.

“Pernah sekali saya tanya mahasiswa fahutan kesini dicobanya. Pernah juga tamu datang kunjungan dari SMA,” beber Iriansyah saat diwawancarai secara langsung, Selasa (17/12).

Iriansyah menyebutkan bahwa selama prosesnya berlangsung, inovasi ini diawasi oleh pihak Indosat, dosen dan mahasiswa yang mengikuti penelitian. Pertemuan dengan mitra melewati proses yang cukup panjang untuk merealisasikan program dari penelitian mengenai daur ulang sampah. 

“Jadi juga panjang sih ceritanya, enam bulan yang lalu pertemuannya. Karena memang ada desakan dari fakultas untuk meneliti tentang plastik itu,” ungkap Iriansyah.

Dalam rencana keberlanjutan, pihaknya ingin lebih memaksimalkannya dengan menambah mesin daur ulang beberapa titik di fakultas. Harapannya, mesin penukar tersebut bisa diletakkan di luar FMIPA atas izin dari pihak mitra.

Sebagai target pengguna, mahasiswa Prodi Statistika angkatan 2023 Nofsya Afdi Fahrezi turut memberikan pendapatnya mengenai daur ulang botol plastik yang sedang dijalankan oleh fakultasnya. Ia memberikan harapan mengenai botol yang sudah dikumpulkan untuk didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat seperti dijadikan paving block dan lain sebagainya.

Nofsya juga menceritakan mengenai pengalamannya menggunakan mesin penukar tersebut. Meski menjadi inovasi dalam menjaga lingkungan, ternyata mesin ini juga tidak luput dari kekurangannya.

Mahasiswa angkatan 2023 itu mengeluhkan dirinya yang sempat kehilangan poin saat memasukan botol plastik ke dalam mesin tersebut. Dirinya juga menyebutkan sensor pada mesin tersebut terkadang tidak mendeteksi jumlah botol yang dimasukan.

“Karena kemarin itu saya pernah masukin satu botol nah itu gak terhitung, jadi kayak satu botol kehitung kadang enggak. Terus poin saya juga hilang di situ kemarin. Kan di situ ada untuk simpan poin, nah pas saya cek hilang poin saya,” keluhnya kepada awak Sketsa saat diwawancarai, Selasa (17/12).

Tidak hanya itu, jumlah sampah botol yang membludak justru juga menjadi suatu masalah karena keterbatasan mahasiswa dan dosen yang meneliti mengenai sampah plastik. 

“Cuma kita kelemahannya itu pengolahannya. Jadi hanya beberapa mahasiswa saja yang penelitian tentang sampah plastik. Sisanya mau gak mau kita buang lagi karena satu karung besar itu kalau gak salah isinya 400 biji botol, yang terpakai paling separuhnya. Sisanya gak mampu (kita kelola),” tukas Iriansyah. (mlt/dya/mou/myy)