SKETSA – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam (Imapa) Unmul kembali melakukan ekspedisi. Bertajuk Ekspedisi Mulawarman, perjalanan kali ini dipersembahkan Imapa untuk Universitas Mulawarman yang telah menginjak usia 55 pada September lalu.
Dibutuhkan persiapan yang matang agar ekspedisi bisa berlangsung di tahun 2017. Dadang Yono ketua ekspedisi mengatakan, langkah pertama sebelum memulai ekspedisi ialah dengan menentukan lokasi yang akan dituju dan melakukan studi kelayakan. Hal ini bertujuan menguji lokasi-lokasi yang ada di Kalimantan untuk menjadi sasaran tepat bagi tiap divisi. Empat divisi tergabung dalam perjalanan ini, yakni divisi Panjat Tebing, Penelusuran Gua, Gunung Hutan, dan Arung Jeram. Mahakam Ulu menjadi pilihan divisi Panjat Tebing.
Studi kelayakan menjadi wajib hukumnya, karena mengangkat seputar hal menarik dari tempat tersebut. Seperti divisi Panjat Tebing, yang memilih Mahakam Ulu sebagai lokasi ekspedisi.
"Tebing di sana memiliki keunikan tersendiri, tidak pernah dipanjat dan konon katanya terdapat makam di tebing tersebut. Seperti di daerah Toraja, padahal ini kan Kalimantan” tuturnya.
Tak jauh berbeda dari lokasi divisi Panjat Tebing, divisi Gunung Hutan akan membuat jalur pemetaan, kemudian membuat titik trianggulasi di daerah Liang Pran Mahakam Ulu.
Tidak hanya di Samarinda, ekspedisi ini juga memilih spot yang cukup jauh. Seperti divisi Penelusuran Gua, yang bertempat di Kabupaten Berau. Nantinya mereka akan melakukan pemetaan dan meneliti biota apa saja yang terdapat di gua tersebut.
Sedangkan divisi Arung Jeram akan dilakukan di Sungai Kayan Mentarang di Malinau. Sungai tersebut mengaliri beberapa desa, dan yang akan diteliti adalah pengaruh sungai tersebut terhadap masyarakat yang tinggal di desa.
“Kan orang Dayak sangat mengandalkan sungai ya, mulai tranportasi dan lain-lain lewat sungai” tambahnya.
Ekspedisi ini juga merupakan kompetisi bagi sesama anggota Imapa. Sebab itu, diadakan pencarian atlet dari anggota internal Imapa yang nantinya akan diberangkatkan ke empat tempat tersebut. Atlet terpilih akan digodok untuk memantapkan skill agar bisa melalui jalur dan menyelesaikan tujuan dari ekspedisi. Dibentuk tim khusus dari Imapa dalam melatih atletnya serta memberikan pendalaman ilmu sesuai divisi yang diambil.
Ditemui awak Sketsa pada Senin (6/10) lalu, salah satu angggota Imapa yang kerap disapa Sukri, memaparkan tiga misi utama ekspedisi kali ini. Yaitu penelitian, sosial-budaya, dan pariwisata melalui anggota Imapa yang menjelajah di empat tempat berbeda. Mereka juga meneliti hal berkaitan dengan alam, sosial masyarakat dan budaya setempat serta mengangkat pariwisata yang ada di Kalimantan.
“Potensi kalimantan ini sangat besar, itu yang disayangkan. Pariwisata kita ini kurang diperhatikan, padahal kita selalu mengambil sumber daya ekstraktif 'kan.” ujar mahasiswa Fakultas Pertanian ini.
Mengenai lokasi yang terletak di medan yang berat, tim ekspedisi telah memperhitungkan risiko berdasarkan hasil survei yang didapat. Risiko tersebut berupa jalur yang ditempuh sangat jauh, meliputi jalur air dan darat, medan yang berat, binatang buas dan berbisa. Terlebih rumah sakit yang jauh dari lokasi, bahkan data berupa peta susah sekali untuk didapat.
Dana yang terlampau besar, menjadi kendala terbesar berjalannya ekspedisi ini. Walaupun mendapat dukungan non materiil dari pihak eksternal selain birokrat Unmul, seperti Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), hingga Gubernur Kalimantan Timur, dukungan materiil tetap yang paling dibutuhkan.
“Yang paling mahal ini dana transportasinya, akses kita untuk menuju setiap daerah itu susah. Terlebih kami membawa barang, jadi kami perlu carter transportasi,”pungkasnya. (arr/adl)