Foto: An Nisa/Sketsa
SKETSA - Serupa dengan FISIP dan FKM, Pemira FH tahun ini hanya diwakili oleh calon tunggal. Rahmat Fatur Rahman, Ketua Badan Pekerja Pemilihan Raya (BPPR) FH menyebut bahwa kurangnya kesiapan mahasiswa dalam melanjutkan roda kepemimpinan menjadi salah satu penyebab minimnya antusiasme di Pemira kali ini.
Ungkap Rahman, mulanya terdapat dua Paslon yang mengambil formulir pendaftaran. Namun, hal tersebut berakhir hanya satu Paslon yang kemudian dinyatakan lolos pada tahap verifikasi berkas. Sebab Paslon lainnya tak kunjung mengembalikan formulir hingga tenggat pengumpulan berkas berakhir.
Berbagai upaya telah dikerahkan agar Pemira tahun ini tak hanya diwakili oleh calon tunggal dan kertas kosong. Di antaranya adalah dengan memperpanjang masa pendaftaran hingga melakukan negosiasi dengan Paslon yang mengalami kendala dalam menyiapkan berkas. Kendati demikian, upaya tersebut rupanya belum mampu mengatasi problematika yang ada.
Beber Rahmat, kendala yang dihadapi selama pelaksanaan Pemira masih berkutat pada persoalan manajemen waktu mahasiswa di tengah jadwal perkuliahan. Ihwal ini pula yang menyebabkan pihaknya terkendala dalam memasifkan informasi terkait Pemira. Lebih lanjut, dirinya tidak menganggap hal tersebut sebagai sebuah kendala berarti.
“Seluruh panitia telah melaksanakan mekanismenya dengan baik. Media dan penyebaran informasi telah dilakukan dengan berbagai macam cara untuk menanggulangi kendala yang terjadi,” ujar mahasiswa Prodi Ilmu Hukum itu ketika diwawancarai secara daring melalui WhatsApp pada Senin (28/11).
Awak Sketsa turut menyinggung agenda uji publik yang telah terselenggara pada Kamis (24/11) lalu. Terangnya, agenda tersebut bertujuan untuk memperkenalkan visi dan misi Paslon serta calon anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Selama uji publik berlangsung, para audiens dipersilakan untuk mengajukan pertanyaan dan argumen kepada masing-masing Paslon.
“Uji publik bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kesiapan dan tanggung jawab dari Paslon BEM dan calon anggota DPM dalam menjalankan tugasnya ketika menjabat kelak,” jelasnya.
Adapun awak Sketsa juga berkesempatan untuk mewawancarai Puput Cahyani, calon Presiden BEM FH periode 2023 pada Selasa (29/11) lalu. Kepada Sketsa, ia turut memaparkan visi dan misi serta program kerja yang ia tawarkan, salah satunya adalah sistem pengkaderan dan pelatihan untuk menunjang prestasi akademik dan non akademik. Nantinya, pelatihan tersebut akan dikembangkan melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan komunitas yang ada di FH.
Menyoal hal yang perlu dievalusi di kepemimpinan sebelumnya, Puput menyoroti program pengkaderan yang belum berjalan sebagaimana mestinya.
“Banyak hal yang harus dievaluasi dari kepemimpinan sebelumnya, karena memang kami merasa banyak program kerja yang seharusnya dibuat pelatihan, baik yang menunjang akademik maupun non akademik itu tidak terlaksana. Belum lagi bicara administrasi yang tidak berjalan sesuai dengan prosedur,” keluh Puput.
Lebih lanjut, ia turut menanggapi persoalan terkait dirinya yang menjadi calon tunggal. Menurutnya, keterwakilan calon tunggal dalam Pemira kali ini merupakan bentuk kritik dan evaluasi terhadap kegagalan BEM dan DPM FH dalam sistem kaderisasi.
Meski terkendala dalam proses kaderisasi, Puput tak menampik bahwa pelaksanaan pesta demokrasi di FH tahun ini diiringi rasa antusias. “Bisa dikatakan Pemira tahun ini cukup antusias karena dalam waktu tiga minggu, kuota calon Presiden BEM dan anggota DPM terpenuhi,” kuncinya. (dre/ani/ems)
Catatan Redaksi: Terdapat kesalahan isi berita dari yang sebelumnya Pemira FH tahun ini hanya diwakili oleh calon tunggal yang akan melawan kertas kosong menjadi Pemira FH tahun ini hanya diwakili oleh calon tunggal. Redaksi LPM Sketsa Unmul memohon maaf atas kekeliruan ini.