SKETSA - Rangkaian peristiwa menuju Pemira FEB 2017 nyaris menemui ujung. Berdasarkan timeline yang ditetapkan DPM FEB, Sabtu (30/9) kemarin, merupakan waktu untuk dua pasangan calon beradu gagasan dalam acara debat kandidat. Ada dua pasangan calon (paslon), paslon nomor urut 1 ditempati Freijae Rakasiwi (Manajemen 2014) dan Sukardi (Akuntansi 2014), dan paslon nomor urut 2 ditempati Suwondo (Akuntansi 2015) dan Praja Habib Pasangka (Akuntansi 2015).
Berlangsung di Gedung Dekanat FEB lantai 3, sejak pukul 09.00 Wita, agenda tersebut memang menjadi titik akhir dua pasangan calon memperkenalkan visi, misi, dan program andalannya jika terpilih. Sebab, hari-hari berikutnya, mulai dilakukan pencabutan atribut kampanye dan masa tenang.
Debat kandidat kali ini terpantau ramai dan mencuatkan hangatnya atmosfer perpolitikan mahasiswa FEB. Pasalnya, kursi-kursi terisi penuh. Dihadiri tidak hanya timses dan perangkat penyelenggara pemira, tetapi juga mahasiswa umum lintas angkatan.
Dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Acara berlanjut pada sambutan Ketua DPM FEB dan Dekan FEB. Dalam sambutannya, Ketua DPM FEB Dwi Lutfi melaporkan segala aspek yang dilaluinya bersama DPM sejak beberapa bulan terakhir. Salah satu yang cukup mencuri atensi hadirin adalah pernyataannya soal DPM yang tiap datang musim pemira selalu jadi sasaran stigma buruk. Sedangkan Dekan FEB Syarifah Hudayah mengklarifikasi soal keberpihakannya dan berharap pemira berlangsung aman dan lancar.
Debat kandidat, dipandu oleh Faisal Abidin. Sementara dari meja panelis, diisi oleh tiga kalangan berbeda. Pertama, dari kalangan akademisi, ada Rahmat Budi, yang juga banyak berkecimpung di dunia ekonomi dan bisnis. Kemudian, ada Jahruni, Pemimpin Redaksi Tepian TV, sebagai perwakilan dari kalangan jurnalis. Terakhir, dari kalangan aktivis, Ibrahim yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden BEM KM Unmul 2015. Mereka mengajukan pertanyaan cukup menohok sesuai kajian keilmuan masing-masing. Detik-detik tanya jawab inilah yang membuat suasana debat cukup hangat.
Pertanyaan pertama dilontarkan Rahmat Budi. Pria yang juga berprofesi sebagai hakim itu mempertanyakan perihal kelayakan masing-masing calon, apa kelemahan mereka, dan apa yang mereka ketahui soal organisasi. Dua pasang calon mantap menjawab mereka layak dan memapar apa yang mereka tahu soal organisasi, termasuk kelemahan mereka masing-masing yang sesekali mengundang tawa hadirin.
Freijae-Sukardi menganggap mereka layak menjadi ketua dan wakil ketua BEM FEB yang didasari pengalaman dan prestasi pribadi masing-masing. Sebaliknya, Suwondo-Praja mengungkapkan mereka sebenarnya tidak layak memimpin, namun karena dukungan dan motivasi teman-teman beserta tim suksesnya mereka berusaha melayakkan diri untuk maju.
Sementara Jahruni membuat suasana tanya jawab makin panas. Dia melontarkan istilah-istilah ekonomi yang harus dijawab cepat oleh masing-masing calon. Tampak dua paslon kalang kabut menangkis bertubi-tubi pertanyaan. Jahruni pun tak luput menanyakan berapa utang Indonesia di luar negeri, besaran inflasi, dan data-data lain yang berkaitan dengan dunia ekonomi baik di lingkup Samarinda, Kaltim, hingga Indonesia. Belum lagi pertanyaan soal siapa di balik pencalonan mereka. Sesi ini terbilang cukup menarik. Tak hanya paslon, para pendukung dan hadirin pun tampak terbawa suasana menegangkan tersebut. Meski berlangsung seru, Jahruni kecewa dengan jawaban kedua pasang calon.
“Kalian belibet. Padahal istilah-istilah itu sering kalian ucapkan. Gimana mau mengurus Indonesia kalau untuk ukuran Samarinda saja kalian tidak tahu. Terlalu melangit,” tukasnya.
Selanjutnya Ibrahim, menanyakan solusi atas fakta bahwa mahasiswa cenderung hedonis yang akhirnya menumpulkan kekritisan mereka, arah advokasi yang selama ini tidak jelas, hingga bagaimana posisi BEM FEB di tangan paslon jika terpilih ketika menghadapi masa pemilihan rektor tahun depan. Pertanyaan itu nyatanya cukup membuat dua pasangan calon lagi-lagi kelimpungan.
Pasca tanya jawab dengan panelis, debat kandidat yang dimulai dengan menjawab daftar pertanyaan dari tim perangkat pemira itu dilanjutkan dengan tanya jawab antar pasangan calon. Rangkaian tanya jawab masih terus berlanjut antara hadirin dengan para pasangan calon.
Ada penanya yang meminta dua paslon berpidato singkat bahasa Inggris, ada yang meminta mereka menyebutkan kelebihan lawan, dan ada pula yang gamblang menyebut program-program yang ditawarkan basi.
“Dari tahun ke tahun yang diusung itu sinergisitas. Apa lagi yang mau disinergikan? Programnya juga tidak beda jauh dengan kabinet sebelum-sebelumnya. Basi!” pekiknya usai bertanya.
Berakhir pukul 15.00 Wita, dua pasangan calon disaksikan seluruh perangkat pemira dan hadirin melakukan closing statement dan menandatangani deklarasi siap menang dan siap kalah. (iki/cin/aml)