Catut Nama Dosen dan Minta Diisikan Pulsa Jadi Modus Penipuan di Faperta, Mahasiswa Rugi Jutaan Rupiah

Catut Nama Dosen dan Minta Diisikan Pulsa Jadi Modus Penipuan di Faperta, Mahasiswa Rugi Jutaan Rupiah

Foto: Facebook Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

SKETSA – Menjelang akhir tahun lalu, sejumlah mahasiswa Faperta dihebohkan dengan adanya telepon dari nomor asing yang mengatasnamakan dosen pengampu mata kuliah dengan mengiming-imingi perbaikan nilai akhir semester. Adapun syarat untuk mendapatkannya adalah dengan mengirimkan pulsa dalam jumlah ratusan ribu rupiah.

Menindaklanjuti kabar tersebut, awak Sketsa menemui Rita Mariati selaku Ketua Jurusan (Kajur) Agribisnis pada Senin (9/1). Rita menekankan bahwa selama ini dosen-dosen di Faperta tidak pernah melakukan pengubahan nilai mahasiswa, kecuali jika terdapat kesalahan dalam penilaian. 

“Yang dikatakannya (pelaku) adalah nilai ujian mahasiswa itu rendah, jadi jika ingin memperbaiki nilai, dia meminta sejumlah kompensasi. Kebanyakan yang dia minta untuk ditransferkan itu pulsa, dan nominalnya ada yang minta dua ratus ribu hingga tiga ratus ribu rupiah,” jelasnya. 

Untuk memastikan, Rita telah melakukan konfirmasi dengan dosen yang namanya digunakan dalam modus pungutan liar (Pungli) ini. Ternyata, dosen tersebut merupakan korban atas pencatutan nama oleh pelaku penipuan.

Imbuhnya, terdapat salah satu mahasiswa yang sempat dikirimi nomor rekening oleh pelaku. Namun, saat diperiksa ternyata rekening tersebut berasal dari Sumatera.

“Itu sepertinya sudah komplotan luar, bukan dari sini. Jadi akhirnya kami berkesimpulan bahwa itu memang penipuan. Momennya pas saat input nilai, jadi dia (pelaku) menghubungi dengan berbagai nomor.”

Lebih lanjut dirinya mengungkap bahwa pelaku penipuan tersebut menggunakan sistem berantai, yakni menyasar satu mahasiswa ke mahasiswa lainnya dengan acak. Sebab pelaku mengatakan kepada korban bahwa nilai mata kuliahnya anjlok, tetapi saat diperiksa di Sistem Informasi Akademik (SIA) ternyata korban mendapatkan nilai A.

“Dia (pelaku) enggak tahu nilai mahasiswa itu. Kalau dia pintar dan bisa meretas SIA, pasti korbannya mahasiswa yang nilainya D.”

Hingga saat ini terdapat dua mahasiswa Faperta yang melapor sebagai korban penipuan. Sebagai upaya untuk mengantisipasi kejadian ini, Rita menegaskan kepada mahasiswa bahwa tidak pernah ada dosen yang meminta mereka untuk memperbaiki nilai. Oleh sebab itu, mahasiswa tidak perlu melayani pesan teks atau telepon yang mengatasnamakan dosen dengan iming-iming memperbaiki nilai.

“Jika mahasiswa berpikir jernih, nilai itu sudah keluar seminggu sebelum kejadian penipuan. Kecuali dia (mahasiswa) belum membuka SIA dan panik karena ditelepon dosen. Saya menyimpulkan pasti dia panik, namanya mahasiswa baru,” tutupnya.

Pengakuan lain juga awak Sketsa peroleh dari salah satu mahasiswa yang menjadi Ketua Tingkat Agribisnis angkatan 2022 pada Selasa (10/1). Rian (bukan nama sebenarnya) menginformasikan bahwa total kerugian korban mencapai Rp1.900.000.

“Posisi saya lagi di rumah. Awalnya ada teman saya yang ditelepon oleh penipu itu, dan dia mengaku-ngaku sebagai dosen. Penipu itu menghubungi teman saya untuk meminta diisikan pulsa dan nomor-nomor telepon mahasiswa yang ada di grup angkatan kami.”

Ungkap Rian, ketika temannya melaporkan hal tersebut ke grup angkatan, ia baru menyadari bahwa itu adalah penipu. Sebab nomor dosen yang dicatut penipu tersebut berbeda dengan yang aslinya. 

“Di situ saya langsung suruh untuk menarik pesan yang isinya nomor-nomor telepon angkatan kami, tapi ternyata penipu itu sudah nyimpan beberapa nomor yang dikirim teman saya itu. Kemudian penipunya langsung menghubungi beberapa nomor dan ada dua orang yang jadi korban,” papar Rian.

Rian mengatakan bahwa kedua temannya yang menjadi korban tersebut belum membaca pesan di grup angkatan. Adapun salah satu korban mengaku dirinya tidak sadar ketika sedang mengirimkan pulsa kepada pelaku.

“Dari pengakuan teman saya, sih, dia baru bangun tidur. Jadi kayak belum sadar secara utuh gitu.”

Terdapat sekitar sebelas orang yang ditelepon pelaku dengan menggunakan nomor yang berbeda. Setelah kejadian tersebut, Rian ditelepon oleh Kajur Agribisnis untuk menceritakan kronologisnya secara rinci.

“Pesan saya yang paling pertama jangan panik, soalnya teman saya rata-rata panik ditelepon orang yang mengaku bahwa dirinya dosen. Mungkin bisa ditanyakan ke ketua tingkat atau teman angkatan yang lain supaya bisa memastikan nomornya itu asli atau bukan,” pesannya.

Kasus Penipuan yang Menjadi Agenda Menahun 

Menilik lebih lanjut kasus penipuan serupa, Sketsa turut menghubungi M. Hasyim Mustamin selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Dari informasi yang disampaikan, nama Hasyim sebelumnya juga pernah dicatut dengan modus serupa dua tahun lalu.

“Sejak semester ganjil tahun 2022, saya sudah tidak aktif lagi mengajar karena sedang melanjutkan studi di Bandung, jadi agak kaget kok ada nama saya juga dicatut,” terangnya. 

Imbuh Hasyim kasus serupa telah berulang kali terjadi di Unmul. Kasus yang melibatkan namanya ini pernah terjadi kala ia ditugaskan menjadi penanggung jawab Pertukaran Mahasiswa Merdeka Dalam Negeri (PMM DN) pada tahun 2021.

“Tapi memang penipuan jenis ini, itu pernah terjadi juga waktu pertukaran mahasiswa, saat itu ada mahasiswa yang dihubungi. Saat itu juga langsung saya lokalisir, mengingatkan langsung di grup mahasiswa itu. Tapi saat itu enggak sampai ditransfer ya,” terangnya.

Harap Hasyim modus penipuan dengan tujuan mendongkrak nilai bisa mendapat perhatian khusus dari universitas.  “Iya, makanya harus segera ditelusuri itu. Harus cepat dilaporkan. Supaya tidak terjadi lagi.” (sya/fza/ahn/ems)