
Sumber Gambar: Yasyfi/Sketsa
SKETSA – Fasilitas inklusif sudah seharusnya menjadi suatu hal yang wajib di lingkungan pendidikan, salah satunya kampus guna mendukung pembelajaran setara bagi seluruh sivitas akademika termasuk penyandang disabilitas. Sayangnya, fasilitas inklusif di Unmul dinilai masih minim.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Unmul, Muhammad Ilham Maulana. Ia menyebut, hingga saat ini rektorat belum memberikan tindak lanjut signifikan terkait fasilitas pendukung bagi mahasiswa penyandang disabilitas.
Maulana, sapaan akrabnya, mengaku sudah menyampaikan terkait fasilitas yang harus dipenuhi pihak kampus, termasuk fasilitas untuk disabilitas dan jalur khusus yang memadai karena melihat tidak semua mahasiswa menggunakan kendaraan.
“Itu harus difasilitasi, tapi sejauh ini sih belum ada tindak lanjut lagi dari pihak kampus perihal ini,” jelasnya kepada Sketsa pada Rabu (5/2).
Ia menilai Unmul belum termasuk inklusif untuk mahasiswa berkebutuhan khusus. Baginya, inklusivitas bukan sekedar keterbukaan akademik melainkan memastikan semua mahasiswa dapat mengakses pendidikan dengan nyaman dan setara.
Terkait regulasi kampus mengenai fasilitas bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, Maulana menyatakan belum ada aturan yang jelas atau setidaknya belum diketahui secara luas.
“Setidaknya kampus harus menyediakan surat-surat keputusan dari pihak rektor yang kemudian difasilitasi dari tiap-tiap fakultas,” lanjutnya.
Melihat hal ini, Maulana menyebut BEM KM akan terus mengawal pengadaan dan pemerataan fasilitas inklusif kampus. Pihaknya mencoba mendorong rektorat untuk segera dijalankan karena menganggap permasalahan ini tidak sepenuhnya diperhatikan.
“Pihak rektorat jangan hanya fokus akademik, tapi bagaimana mahasiswa keterbutuhan khusus ini bisa dipenuhi,” tegasnya.
Bagi Maulana, memberikan pemahaman kalau inklusivitas juga permasalahan serius cukup menjadi tantangan. Tidak hanya kesetaraan pendidikan untuk disabilitas, tetapi juga memperhitungkan keadaan seluruh mahasiswa. Selain itu, ia merasa tidak direspon dengan baik ketika menuntut soal kesejahteraan mahasiswa.
“Tiap kali meminta soal kesejahteraan mahasiswa, pihak rektorat menilai (kami) hanya menuntut, padahal ini serapan aspirasi yang kami jalankan,” pungkasnya. (npl/man/yra/ner)