Aliansi Mahakam 2 Gelar Aksi, Tuntut Pencabutan UU Ciptaker dan Menolak Tegas Komersialisasi Pendidikan
Sumber Gambar: Sangga/Sketsa
SKETSA — Peringati Hari Buruh Internasional (May Day) dan menuju Hari Pendidikan Nasional, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahakam 2 menggelar aksi pencerdasan di kawasan Jalan M. Yamin. Aksi kali ini dilaksanakan tepat di depan Gerbang Utama Unmul pada Senin (1/5) lalu. Massa yang didominasi oleh mahasiswa Unmul ini terpantau berkumpul di titik aksi pada pukul lima sore.
Tidak hanya menyampaikan orasi-orasi politik, aliansi turut membagikan selebaran yang berisi sejumlah kajian tuntutan. Humas Aliansi Mahakam 2, Maulana menyebut bahwa aksi tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar dapat memahami makna di balik May Day.
Setidaknya, ada empat hal yang menjadi sorotan. Di antaranya adalah menuntut pencabutan Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker), menghapus outsourcing dan menolak upah murah minimum kerja, mengesahkan Rancangan Undang-undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT), hingga berhenti melakukan praktik komersialisasi pendidikan di Indonesia.
“Di Hari Buruh ini, kita tetap gaungkan (tuntutan untuk) mencabut UU Ciptaker, seperti kawan-kawan di luar daerah pun banyak juga yang masih menggaungkan terkait pencabutan UU Ciptaker.”
“Hal ini karena undang-undang tersebut mencakup ke semua lingkup, baik di kaum buruh di lingkup lingkungan dan juga lain-lainnya,” sambung Maulana.
Menuju peringatan Hari Pendidikan Nasional, para demonstran turut menyuarakan keluhan akan tingginya biaya mengakses pendidikan dari tahun ke tahun. Massa aksi menilai, pendidikan merupakan lokomotif pembaruan bangsa yang tidak seharusnya dikomersialisasikan. Hal tersebut sejalan dengan kehadiran pendidikan yang turut berkontribusi dalam melahirkan peradaban.
“Kita berharap bahwasanya pendidikan itu tidak menjadi ladang bisnis bagi segelintir pihak, karena pendidikan itu menjadi aspek yang sangat penting, terkhususnya untuk membangun negeri ini,” seru Muhammad Iqbal, salah satu demonstran yang juga merupakan mahasiswa Teknik Informatika 2020.
“Tanpa adanya pendidikan, pastinya negeri ini susah dibangun, karena peradaban itu salah satunya pasti lahir dari pendidikan.”
Memasuki pukul enam sore waktu setempat, aksi ditutup dengan kembali membacakan poin tuntutan oleh demonstran. Aksi kali ini ditutup kala hujan yang mengguyur lokasi turun cukup deras. (xel/ara/sky/dre)