Sumber: Dok. Sketsa Unmul
SKETSA - Untuk ketiga kalinya, hari ini (30/9) diadakan aksi di depan Gedung DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) oleh Aliansi Kaltim Bersatu. Jauh lebih mundur dari pelaksanaan aksi sebelumnya, ribuan massa datang sekitar pukul 13.30 Wita. Massa datang dengan melakukan long march seperti aksi-aksi sebelumnya dari Masjid Baitul Mutaqien.
Ada yang berbeda dari barisan kepolisian yang berada di belakang pagar kawat siang ini. Mereka menyambut mahasiswa dengan lantunan salawat. Polisi wanita juga mengenakan hijab putih, sedangkan polisi pria menggunakan kopiah dan serban putih yang di lehernya.
Sementara mahasiswa terus meneriakkan tuntutan dan juga sampaikan orasinya. Diselingi dengan lagu darah juang. Ada delapan tuntutan yang dibawa dalam aksi kali ini. Pertama, mendesak presiden untuk secepatnya mengeluarkan Perpu terkait UU KPK. Kedua, tolak segala UU yang melemahkan demokrasi. Ketiga, tolak TNI dan Polri menempati jabatan sipil. Keempat, bebaskan aktivis pro demokrasi. Kelima, hentikan militerisme di tanah Papua. Keenam, tuntaskan pelanggaran HAM, adili penjahat HAM: termasuk yang duduk di lingkaran kekuasaan. Tujuh, hentikan represifitas TNI, Polri, dan ormas reaksioner terhadap gerakan rakyat. Terakhir, tangkap, adili, denda, penjarakan, dan cabut izin korporasi pembakaran lahan.
"Kami turun ke sini bukan karena eksistensi, karena kami tahu Indonesia tidak sedang baik-baik saja," seru salah satu orator dari atas mobil.
Mahasiswa mulai bergerak maju, berhadapan dengan jajaran kepolisian setelah berhasil meringsek pagar kawat. Sementara jajaran kepolisian belum berhenti melantunkan salawat.
Dalam aksi sebelumnya, tepatnya Kamis (26/9) lalu. Salah satu anggota kepolisian sempat memberikan tanggapannya terkait aksi. Ia mengatakan bahwa pihaknya berempati dengan situasi aksi yang sempat kaos itu.
"Bagaimanapun mereka adalah anak-anak kita yang menyampaikan aspirasinya, namun dengan cara-cara yang santun dan wajar. Sehingga bisa diterima oleh anggota-anggota dewan, kemudian disampaikan, pasti akan disampaikan kepada DPR RI," ujarnya.
Beberapa waktu lalu, tiga perwakilan DPRD turun menemui massa aksi. Rusman Yaqub, Syarifuddin, Sarkowi. Ketiganya naik ke atas mobil komando untuk memberikan pernyataannya. Namun setelah beberapa menit di atas, mahasiswa tidak juga memberikannya panggung.
"Sudah tiga kali kita aksi di sini. Kenapa harus ada korban dulu baru datang?" seru salah satu orator aksi dari atas mobil komando.
Merasa tak diberi kesempatan untuk berbicara, ketiga perwakilan tersebut turun dibarengi dengan sorakan massa aksi. Sempat terjadi saling dorong di barisan massa aksi yang menghadang kedua perwakilan DPRD tersebut masuk ke dalam gedung.
Tak lama, perwakilan lainnya memberikan pernyataannya dari depan pagar gedung.
"Kami menawarkan kepada mahasiswa. Berikan perwakilannya 30 orang, kita dialog di dalam. Mari bicarakan dari hati. Apa yg kalian resahkan juga merupakan keresahan kami."
Saat ini pihak perwakilan DPRD dan mahasiswa saling memberikan pernyataannya. (ubg/pil/adl/wil)