Waspada Toxic Productivity, Kecenderungan Produktif Melebihi Kemampuan
Toxic productivity
Sumber Gambar : Pexels
SKETSA - Memiliki kinerja yang baik adalah keinginan semua orang. Apalagi di masa pandemi, sebagian orang dituntut untuk beraktivitas meski di rumah saja. Memang, tetap produktif di segala kondisi adalah hal yang positif. Namun, jika berlebihan tentu menimbulkan dampak buruk pada diri sendiri. Kecenderungan untuk tetap produktif melebihi batas kemampuan inilah yang disebut toxic productivity.
Melansir dari kumparan.com, toxic productivity adalah sebuah obsesi untuk mengembangkan diri dan merasa selalu bersalah jika tidak bisa melakukan banyak hal. Berikut Sketsa uraikan beberapa tanda dari kebiasaan ini.
Bekerja berlebihan hingga tidak memperdulikan kesehatan dan lingkungan sekitar
Bekerja keras memang dibutuhkan untuk mencapai target yang diinginkan. Namun, tidak jarang hal ini justru membuat kita lupa akan kebutuhan pokok seperti makan, minum dan beristirahat. Terkadang, sebagian orang lebih memilih untuk menunda kebutuhan pokoknya dibanding menunda pekerjaan. Secara langsung juga akan berdampak pada kesehatan, loh.
Kecenderungan untuk bekerja berlebihan hingga lupa waktu, dapat menyebabkan hubungan dengan lingkungan terdekat menjadi terganggu. Orang yang mengalami toxic productivity hanya fokus pada pekerjaannya, tanpa peduli dengan yang terjadi pada lingkungan sekitar. Bahkan dapat menjadikan pribadi yang individualis.
Merasa tidak pernah cukup dan terobsesi pada kesempurnaan
Seseorang yang mengalami keadaan ini umumnya tak akan merasa puas jika pekerjaan yang dilakukan tidak sempurna atau tidak sesuai yang diinginkan. Rasa kecewa bahkan marah akan datang, jika tidak mampu mencapai ekspektasi yang telah dirancang. Parahnya, mereka juga cenderung membandingkan diri sendiri dan orang lain yang dianggap lebih produkif. Hal ini dapat memberi tekanan untuk melakukan produktivitas berlebih agar bisa mengalahkan orang lain.
Merasa bersalah jika tidak menggunakan waktu dengan produktif
Tidak bisa diam dan beristirahat adalah salah satu kecenderungan saat mengalami toxic productivity. Ada perasaan bersalah dan hampa jika memilih rehat, apalagi dalam kondisi pekerjaan yang belum selesai. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu seharian dengan bekerja atau melakukan kegiatan dibanding beristirahat karena hal itu dianggap hanya akan membuang waktu.
Nah, untuk menguranginya kamu dapat melakukan berbagai cara. Seperti membuat target kerja yang realistis sesuai kemampuan, mengingat pentingnya kesehatan diri dan istirahat yang cukup serta mindfulness.
Mengukur kemampuan diri dengan pekerjaan yang sedang dijalani adalah hal yang penting. Berusaha meningkatkan kemampuan dengan menjadi produktif, tetapi tidak memaksakan diri untuk mengerjakan sesuatu yang tidak mampu dilakukan. Apakah kamu turut merasakan toxic productivity ? (str/len)