Suka Cita Rayakan Nyepi Bersama
Suka cita mahasiswi Unmul rayakan Nyepi bersama orang terkasih. (Foto: Dok. Pribadi)
- 30 Mar 2017
- Komentar
- 3395 Kali
SKETSA – Umat Hindu baru saja merayakan Nyepi, hari raya yang diperingati setiap tahun baru Saka pada Selasa (28/3) lalu. Adapun, tahun ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercaya merupakan hari penyucian dewa-dewa yang bersemayam di pusat samudera dan membawa intisari amerta air hidup.
Agama Hindu di Indonesia sebenarnya berpusat di Bali. Namun, wilayah Indonesia yang luas, seiring dengan menyebarnya umat Hindu, ajaran Hindu juga sampai dan eksis di Kota Tepian.
Buktinya, pada Minggu (26/3) tampak sejumlah penduduk Samarinda ramai-ramai mengenakan pakaian adat Bali memadati tepian sungai Mahaham. Rupanya mereka sedang menjalani prosesi Melasti. Sebuah upacara penyucian diri untuk menyambut Nyepi. Upacara itu dimaksudkan untuk memohon ampun sekaligus restu agar Nyepi berjalan lancar.
Tampak mereka sembahyang, melarung sesajen di Mahakam. Kemudian menarikan Tari Puspanjali dan Tari Baris Terus bersama. Puspanjali merupakan tari penyambutan tamu, sedangkan Baris Terus adalah tarian khas yang menggambarkan prajurit yang waspada akan keadaan sekitarnya.
Cok Istri Mayun Mutiara Dewi Pratiwi, mahasiswi Sastra Inggris FIB Unmul turut serta dalam rangkaian upacara pra Nyepi itu.
“Ya mungkin orang-orang sekitar ngiranya kami buang sampah. Padahal kami memberikan sesajen ke sungai Mahakam. Kan kita semua tahu sungai Mahakam ada penunggunya, jadi kita menghormati penunggu di situ," ucapnya.
Kepada Sketsa, perempuan yang akrab disapa Dewi itu mengungkapkan pada Senin (27/3), umat Hindu di Samarinda mengadakan sebuah kegiatan dengan berkeliling area Pura bertempat di Jalan Sentosa Samarinda sambil membawa obor dan ogoh-ogoh. Tujuannya, untuk mengusir roh-roh jahat. Ogoh-ogoh kemudian dibakar di akhir kegiatan.
Menyambut Nyepi, seluruh umat Hindu tentu merayakannya dengan suka cita. Tak terkecuali Dewi dan keluarga.
“Kalau bisa dibilang perayaan Nyepi tahun ini sama aja kayak tahun-tahun sebelumnya. Cuma bedanya dari tahun ini, saat Melasti, seluruh keluarga besar berkumpul pada datang semua, jadi kebersamaannya lebih berasa,” ucap Dewi.
Berbeda dengan Dewi, Ni Putu Ayu Juliet Wilhelmina atau biasa disapa Ju, gadis asal Makassar yang sedang merantau demi kuliah di Unmul ini tidak bisa merayakan Nyepi bersama keluarga besarnya. Ju merayakan Nyepi hanya di kamar kos bersama dengan adiknya di kawasan Pramuka.
"Ini udah kali ke dua ngerayain Nyepi jauh dari keluarga. Beda banget kalau enggak sama orang tua. Jadi kangen rumahku," ucapnya saat diwawancara Sketsa via Line.
Selama melakukan Nyepi, Ju dan adiknya menjalani Catur Brata penyepian yang terdiri dari lima prosesi. Pertama, Amati Geni, yaitu tidak boleh menyalahkan api. Lalu, Amati Karya, yang artinya tidak bekerja. Kemudian, Amati Lelungaan yaitu tidak boleh berpergian. Keempat, Amati Lelanguan. Dan terakhir, puasa makan dan minum. Kendati begitu, Ju tetap bersyukur tetap bisa merayakan Nyepi walau tak banyak umat Hindu di sisinya.
"Di kosku banyak orang-orang baiknya. Jadi senang aja sih enggak begitu banyak keributan, walau masih sibuk banget hiruk pikuk jalan di Pramuka," tutur mahasiswi Hubungan Internasional angkatan 2014 itu.
Selain menjalani Catur Brata, Ju dan adiknya juga melakukan yoga selama mereka menyepi di dalam kamar. Yoga bukan sembarang yoga, melainkan salah satu bentuk meditasi dalam rangkaian Nyepi.
Ju menerangkan, yoga yang ia maksud adalah gerakan mengendalikan gerak-gerak pikiran atau cara untuk mengendalikan tingkah pola pikiran yang cenderung liar, bias, dan lekat terpesona oleh ragam objek yang dikhayalkan memberi nikmat. Yoga memang merupakan jalan utama dari berbagai jalan untuk kesehatan pikiran dan badan agar selalu seimbang.
Tak cuma itu, Mereka yoga juga merupakan jalan untuk menghubungkan jiwa dengan Paramatma (Tuhan Yang Maha Esa) dan Samadi sebagai Manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah menyucikan diri lahir dan batin.
Selayaknya hari raya tiap-tiap umat, Nyepi juga dimaksudkan untuk menyucikan diri dan mengintimkan diri dengan Tuhan. Menyambutnya dengan suka cita dan saling menghargai tentu akan menambah keindahan. (els/rrd/aml)