Lifestyle

YOLO, Gaya Hidup Toxic di Kalangan Milenial

You Only Live Once.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Canva

SKETSA - You Only Live Once atau yang kerap disingkat YOLO, merupakan gaya hidup yang belakangan ini sangat populer di kalangan milenial. Istilah ini merupakan lifestyle yang cenderung mengarah pada kegiatan yang konsumtif. YOLO mengutamakan prinsip yang menekankan kebebasan dan memiliki pola pikir untuk menikmati hidup semaksimal mungkin, sebab hidup hanya sekali.

Meskipun begitu, dalam realitanya tidak sedikit yang menggunakan tren ini sebagai pembenaran dalam berfoya-foya. Memang, yang satu ini tidak selamanya berkonotasi negatif. Bagi sebagian orang, gaya hidup ini diartikan sebagai sebuah usaha memaksimalkan segala sesuatu dalam hidup.

Saat ini, generasi milenial umumnya sudah berpenghasilan. Namun, apabila mereka selalu impulsif mengambil keputusan maka akan selalu merasa kekurangan. Berapa pun gaji yang diterima, tidak akan pernah cukup jika selalu menuruti gaya hidup yang terus meningkat. Apalagi nafsu untuk mengikuti lifestyle terbaru memang sangat tinggi.

Dilansir dari rumah123.com, kenaikan harga rumah jauh lebih besar dibanding kenaikan pendapatan per tahunnya. Di Indonesia, harga properti memiliki rata-rata kenaikan per tahunnya sebesar 17 persen. Sedangkan untuk Upah Minimum Regional (UMR) sendiri, kenaikannya tidak sampai menyentuh angka 10 persen. Dalam tiga tahun ke depan, diperkirakan hanya sekitar 5 persen kaum milenial (kelahiran 1982-1995) yang sanggup membeli rumah. 95 persen sisanya tak memiliki tempat tinggal tetap.

Dilihat dari perspektif finansial, gaya hidup YOLO memiliki banyak sisi negatif. Bagi kamu yang mungkin ingin memiliki masa depan lebih baik, tak ada salahnya mengikuti beberapa tips yang dapat mengontrol keuanganmu di masa depan. Berikut Sketsa bagikan tipsnya untuk kamu!

Mulai membiasakan diri menabung dan menginvestasi

Masa depan merupakan hal yang tidak bisa kita capai secara instan. Untuk itu, mulailah membiasakan diri untuk menabung dan berinvestasi. Dalam hal menabung, sifat konsisten adalah hal yang lebih penting dibandingkan jumlah hal yang ditabung. Mulailah dari yang kecil dan bertahap, seperti Rp500 ribu sebulan untuk yang bergaji UMR atau Rp1 juta sebulan untuk yang gaji di atas Rp5 juta sebulan.

Sama halnya dengan berinvestasi, memulainya secara bertahap sangat dianjurkan. Ada banyak jenis investasi yang dapat kamu pilih seperti membeli saham dan menabung emas. Selain itu, kamu juga bisa mengikuti workshop untuk meningkatkan skill kamu dalam berkarier, kegiatan itu juga bisa menjadi salah satu opsinya, loh.

Membuat perencanaan keuangan secara matang 

Membuat daftar rincian rencana keuangan dalam jangka mingguan dan bulanan dengan konsisten bisa menjadi cara yang efektif untuk meninggalkan kebiasaan hidup YOLO. Sebagai contoh, kamu bisa menjabarkan kebutuhan apa saja yang kamu perlukan.  Kemudian membagi total nominal tersebut ke dalam jangka mingguan. Misal biaya untuk makan dalam sebulan adalah Rp2 juta, maka setiap minggunya tidak boleh menghabiskan lebih dari Rp500 ribu. Lakukan langkah ini pada target pengeluaranmu yang lain.

Memperbanyak referensi mengelola keuangan dari ahli finansial

Di era digitalisasi ini cukup banyak financial planner atau influencer yang membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka secara gratis di media sosial. Berbagai informasi tersebut dapat kamu rangkum sebagai referensi mengatur finansialmu. Seorang financial planner biasanya tidak hanya terpaku pada segi teori saja. Sebaliknya, mereka turut memberikan gambaran tentang langkah-langkah yang bisa diambil agar terhindar dari stres finansial.

Strategi menahan diri 48 jam

Dilansir dari laman liputan6.com, strategi ini cocok diterapkan ketika kamu tergoda untuk membeli suatu barang yang belum tentu kamu butuhkan. Saat ini, kita bisa membeli segala sesuatu dengan praktis melalui online. Namun di sisi lain, hal ini juga membuat kamu sulit melakukan kontrol diri dari sifat konsumtif. Sebelum memutuskan untuk membayar, sebaiknya tahan dulu dirimu selama 48 jam atau dua hari. Bisa saja, setelah dua hari, kamu tidak lagi menginginkan barang tersebut.

Setelah mengetahui gaya hidup YOLO dari informasi di atas, sudah tahu bukan tips untuk mengatasinya? Kamu juga bisa mengikuti cara lain untuk menghindari dampak buruk yang ditimbulkan dari penerapan gaya hidup ini. Semoga beberapa tips ini bermanfaat, ya! (nkh/fzn)



Kolom Komentar

Share this article