Lifestyle

Menghargai Hidup Hari Ini dengan Digital Fasting

Menghargai Hidup Hari Ini dengan Digital Fasting

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Freepik

SKETSA - Di zaman sekarang lepas dari perangkat digital merupakan tantangan. Terlebih perangkat digital senantiasa berkembang, dan juga semakin canggih. Seiring masifnya penemuan baru, sejalan dengan perangkat digital yang akan bermunculan. Dengan kondisi demikian, masyarakat diberi keluasaan dalam menjelajahi kecanggihan dunia siber. Berbagai dampak juga turut dimunculkan.

Salah satunya ialah sifat konsumtif dan individualis. Hal ini dikarenakan berkurangnya intensitas dalam berkomunikasi. Selain itu kondisi demikian memunculkan opsi untuk berjejaring lewat media sosial dibanding berinteraksi secara langsung. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi pengguna internet di Indonesia pada 2019 sebesar 73,7 persen atau 196.714 jiwa. Tentu dengan jumlah sebanyak itu akan menggeser pola perilaku penggunanya. Salah satunya dalam merespons "candu" bermain media sosial.

Berbagai upaya dilakukan agar mereka tidak terlalu bergantung pada perangkat digital. Baik dengan melakukan hobi. Upaya lainnya yakni digital fasting. Digital fasting, atau puasa dari gawai guna mengurangi intensitas pemakaiannya. Namun, tak serta-merta memberhentikan pemakaiannya, biasanya digital fasting dilakukan bertahap dan sesuai kemampuan.

Salah satu yang perlu dilakukan adalah menetapkan waktu seberapa lama kita akan melakukan digital fasting. Selanjutnya, siapkan pilihan lain agar bisa kamu kerjakan di waktu luang, guna menghindari gawai. Salah satu yang dapat dikerjakan ialah mengeksplor minatmu. Baik dari kesenian, olahraga, dan lain-lain.

Layaknya puasa yang ditetapkan kapan kita harus sahur dan juga berbuka. Dengan mengurangi intensitas penggunaan gawai, harapannya kembali membuka mata betapa banyaknya alternatif kegiatan yang dapat dilakukan. Puasa dari gawai juga menurut sebagian orang membantu untuk lebih fokus mengerjakan tugas yang ada di depan mata. Mengurangi multitasking, dan mengurangi menunda pekerjaan.

Digital fasting sebetulnya sudah sangat umum di Indonesia, di mana beberapa selebgram mulai menerapkan hal ini agar tidak melulu memegang gawai. Meski penghasilan mereka dari media sosial, namun maraknya pembahasan kesehatan mental turut serta disandingkan dengan keputusan digital fasting ini. Beristirahat adalah cara tepat bagi sebagian orang untuk menata ulang kehidupan dan produktivitasnya.

Butuh waktu dan komitmen untuk melakukannya. Ketika menetapkan tujuan dari digital fasting, bisa jadi kamu yang selanjutnya setuju dengan pengalaman banyak orang dari manfaat digital fasting ini. Tertarik mencobanya? (ahn/rst)



Kolom Komentar

Share this article