Lifestyle

Kenali Bystander Effect, Rasa Apatis dalam Musibah

Apa itu Bystander Effect?

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Pexels.com

SKETSA - Pernah mendengar istilah Bystander Effect? Ini merupakan suatu fenomena di mana semakin banyak saksi atau kehadiran orang di Tempat Kejadian Perkara (TKP), semakin sedikit pula keinginan mereka untuk membantu korban yang mengalami kesulitan di TKP tersebut. Dalam hal ini, jumlah kehadiran orang-orang sangat berpengaruh terhadap berapa lama bantuan yang akan didapatkan korban.

Konsep ini muncul dan dipopulerkan oleh penelitian yang dilakukan Bibb Latane dan John Darley, setelah terjadinya kasus pembunuhan tragis Kitty Genovese pada tahun 1964. Ketika Genovese pulang kerja dan memasuki gerbang masuk apartemennya, seorang lelaki bernama Winston Moseley tiba-tiba menusuknya. Teriakan meminta bantuan telah dilontarkan berkali-kali oleh Genovese, akan tetapi tak satupun tetangga apartemennya mendengar dan menelepon polisi. 30 menit setelah kejadian penusukan, barulah ada yang memanggil polisi.

Penelitian tersebut lantas membenarkan hipotesis konsep ini. Pada satu eksperimen, subjek-subjek ditempatkan pada tiga kondisi; sendirian, dengan dua partisipan lain atau dengan dua peneliti yang berpura-pura menjadi partisipan. Hasilnya, ketika subjek mengisi kuesioner di ruangan sendirian dan tiba-tiba ada asap, 75% subjek segera melapor ke peneliti mengenai asap tersebut. Pada kondisi kedua, hanya 38% dari partisipan di ruangan yang melaporkan asap tersebut. Kondisi terakhir, hanya 10% dari partisipan yang melaporkan.

Eksperimen tambahan yang dilakukan oleh Latane, ditemukan bahwa 70% orang akan membantu ketika ia menjadi satu-satunya yang ada di ruangan. Tetapi hanya 40% orang akan membantu ketika ada orang lain yang hadir. Latane serta Darley mengaitkan efek ini dengan dua faktor, yaitu difusi tanggung jawab dan pengaruh sosial.

Difusi tanggung jawab sendiri merupakan peristiwa ketika manusia melihat orang lain terkena musibah di tempat publik. Rasa tanggung jawab kita untuk menolong berkurang karena hadirnya orang lain di tempat itu. Sementara, pengaruh sosial adalah waktu di mana seseorang takut bahwa keinginan kita untuk menolong dapat membahayakan diri sendiri, juga ketika tindakan kita tidak sesuai dengan yang diinginkan orang-orang. Gampangnya adalah ‘takut salah’ (evaluasi perilaku).

Tahukah kamu bahwa hukum legal terhadap penolongan yang salah juga berlaku? Inilah yang membuat orang-orang terkadang takut untuk menolong terlebih dahulu. Tak usah khawatir, terdapat hukum untuk melindungi saksi yang mencoba menolong. Selanjutnya, keambiguitasan juga menjadi faktor perilaku ini. Seperti pada saksi kasus Kitty. Mereka mengira, teriakan Kitty hanya merupakan perkelahian kekasih biasa.

Tak dapat dipungkiri, sering kali kita melihat di sebuah scene film atau kejadian di lingkungan sekitar saat ada korban perundungan. Orang-orang di sekitar biasanya berdiam diri saja, kemudian datang beberapa atau bahkan satu sosok pahlawan yang berani membela korban perundungan tersebut. 

Sosok tersebut disebut upstander. Mengapa upstander bisa begitu berani menolong? Karena mereka mempunyai nilai-nilai moral dan kepercayaan yang kuat. Mereka percaya, sekecil apapun tindakannya akan memberikan perubahan.

Hal ini pun dapat menjadi langkah agar kita terhindar dari efek ini. Berikutnya adalah meningkatkan kesadaraan akan kecenderungan sifat, menumbuhkan empati, memposisikan diri sebagai korban dan jangan menunggu atau mengharapkan orang lain bertindak terlebih dahulu. 

Bertindaklah seolah-olah kita saksi satu-satunya, sehingga mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih untuk menolong. Kemudian, penting untuk mengarahkan atau mengajak orang lain untuk terlibat dalam pertolongan. Lakukan yang terbaik dan jangan takut salah.

Namun, bagaimana jika posisi kita sebagai korban? Ketika meminta bantuan, pilihlah satu orang yang akan kita mintai tolong. Berikan eye contact atau kode bahwa kita membutuhkan pertolongannya. Biasanya, orang akan segan untuk menolak dan mau tak mau segera membantu. Cara ini juga cukup efektif untuk membuat orang-orang tersadar dan segera membantu ketika terjadi suatu musibah.

Tak hanya sederet dampak negatif yang ditimbulkan dari Bystander Effect, rupanya ada pula dampak positif yang bisa diperoleh. Orang akan cenderung berperilaku baik ketika mereka ‘diawasi’ dan merasa tidak nyaman dengan perilaku yang tak selaras dengan value ataupun identitas sosial mereka. 

Dinamika psikologis seperti ini dapat membantu dalam hal helping behavior di masyarakat atau suatu Individu. Nah, biasakan untuk lebih peka dan tanggap dengan situasi di sekitarmu, ya! (dpt/fzn)



Kolom Komentar

Share this article