Event

Menjelajah Literasi Digital dalam Serasi

Menyelam literasi digital bersama Serasi, kegiatan yang dipelopori GenBI Komisariat Unmul.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Istimewa

SKETSA - Generasi Baru Indonesia (GenBI) Komisariat Universitas Mulawarman pada Sabtu (13/10) mengadakan festival betajuk Serasi (Selaras dengan Literasi) yang bertempat di Jenggala, Perumahaan Alaya. Festival tersebut ditunggangi oleh Divisi Pendidikan yang mencoba hadir sebagai komunitas yang konsekuen di bidang literasi khususnya daerah Kota Samarinda. 

Saat ditemui oleh Sketsa, Anggie Octa selaku ketua panitia menceritakan bahwa kegiatan ini didorong oleh penggunaan gawai yang masih sebatas 'main' di media sosial baik chatting atau update status. 

Mengambil tema ‘Literasi Digital’, dari kegiatan ini mereka ingin memberitahukan kepada kawan-kawan muda bahwa dengan gawai yang mereka miliki dapat menambah wawasan dan selektif terhadap beredarnya berbagai macam informasi di media sosial. Terlebih dapat terhindar dari yang namanya hoaks. 

“Sekarang kita susah membedakan informasi yang masuk. Apakah termasuk informasi yang aktual atau informasi yang dibuat-buat (hoaks)” tutur Anggie kepada Sketsa.  

Kegiatan dibuka dengan Mini Talkshow mengenai literasi digital dengan narasumber Robithoh Johan Palupi selaku wartawan Kaltimkece dan Dahri Dahlan selaku dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unmul yang dipandu oleh Sefty Wulandari. 

Materi pertama tentang literasi digital dari sudut pandang jurnalistik disampaikan oleh Robi. Ia menjelaskan bahwa ada perbedaan antara berita hoaks dan berita bohong. Kategori berita bohong adalah sumbernya jelas, namun apa yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Sedangkan untuk hoaks sendiri sumbernya tidak jelas. 

“Bijaklah dalam menerima dan menyebarkan informasi,” tutur Robi kepada peserta. 

Robi menambahkan, sebenarnya minat baca Indonesia tidaklah rendah, menilik penjualan provider yang semakin meningkat. Masyarakat lebih tertarik membaca status atau sekadar pesan singkat. Namun diakuinya, untuk literasi di bidang ilmu pengetahuan yang masih kurang. 

Materi kedua, masih dengan tema yang sama, dengan sudut pandang pendidikan disampaikan oleh Dahri. Ia menyampaikan, jika literasi digital dapat 'ditarik' ke pendidikan, kita dapat melakukan kegiatan pendidikan dengan digital. Saat ini, kita bisa tahu apa yang terjadi di negara lain, dan sebaliknya mereka bisa tahu apa yang terjadi di negara ini. 

Ia berpendapat bahwa semua orang dapat mengungkapkan pendapat mereka dengan kebenarannya masing-masing. Dengan kejadian seperti ini, Dahri menyimpulkan bahwa kata kuncinya adalah belajar kritis dan menyiapkan mental. 

“Dunia sekarang adalah arena, kita harus siap. Kita jangan meratap,” ucapnya di ujung penyampaian materi. 

Selain Mini Talkshow, sore itu juga ada pameran literasi yang diisi oleh Despro (Desain Produk) mahasiswa Politeknik Samarinda, Komunitas Muda Mengajar, Komunitas Lingkar Studi Kerakyatan, Komunitas Tipografi Samarinda, dan Divisi Pendidikan GenBI Komisariat IAIN Samarinda. 

Acara berlanjut hingga malam hari yang dipandu oleh Rahman dan Amelleya selaku Master of Ceremony (MC). Pembuka acara menghadirkan UKM Seni dan Kreatifitas dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unmul, dengan membakan lagu Treasure milik Bruno Mars dan Berharap Tak Terpisah dari Reza Artamevia. 

Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan musikalisasi puisi oleh Himabastra. Puisi pertama yang ditampilkan yaitu Sajak Putih karya Chairil Anwar, kemudian Kuhentikan Hujan karya Sapardi Djoko Damono, dan yang terakhir adalah Thalassophile karya Amink. 

Masuk ke penampilan dari guest star, Red Cherry tampil dengan membawakan lagu mereka yang berjudul Let Me dan I Called My Mom serta lagu cover dari Daft Punk yaitu Get Lucky dan Frank Sinatra yang berjudul I Love You Baby. Mereka berhasil membuat penonton bergoyang dan bernyanyi bersama mengikuti alunan musik yang dimainkan. 

Semakin malam, terdapat penampilan dari Malam Puisi Samarinda dengan membawakan puisi Mendekap Ibu, Baris Huruf dan Menata Rak Buku karya Dikablek dan Bukuku karya Kale. Penampilan ditutup dengan penampilan teater musikal dari Fasotik Unmul. (bip/mer/fqh/len)



Kolom Komentar

Share this article