Event

Menelusur Masa Kini dan Masa Depan Jurnalistik dalam Kenal Sastrawi: Jurnalisme Data

Kelas Jurnalisme Data dalam Kenal Sastrawi.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Istimewa

SKETSA - “Jurnalisme berbasis data adalah masa depan.” Setidaknya itulah kutipan dari Tim Berners-Lee yang disampaikan oleh Mawa Kresna sebagai pemateri dalam Kelas Jurnalisme Sastrawi yang akrab disebut Kenal Sastrawi.

Digelar untuk kelima kalinya oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Bahana Universitas Riau (Unri), tahun ini pelaksanaan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) tersebut harus berlangsung secara virtual. Telah dimulai sejak Sabtu (24/7) lalu hingga Sabtu (7/7) mendatang, penyampaian materi dilakukan selama tiga hari dengan durasi dua jam setiap harinya.

Mawa Kresna, Redaktur Pelaksana dari Project Multatuli berhasil membawa materi pertama dengan asyik dan komunikatif. Peserta diajak berkutat dengan angka dan data melalui cara yang berbeda. Mulai dari pengantar jurnalisme data, proses pemerolehan data, proses pengolahan data hingga visualisasi data dengan hasil akhir berupa sajian informasi yang menarik dan mudah dipahami.

Begitu banyak wawasan baru yang didapat oleh peserta. Terutama berhubungan dengan data yang identik pada pola kerja jurnalistik. Sebelum mendalami angka dan data, peserta diperkenalkan dengan eksistensi jurnalisme data dalam dunia jurnalistik di masa kini dan masa depan. Di hari pertama, peserta begitu antusias mendengarkan. Barangkali untuk dapat membawa bekal bagi pengembangan LPM masing-masing usai pertemuan.

Diperkenalkan pula beragam software yang dapat membantu dalam proses pengolahan juga visualisasi data. Seperti Tableau hingga Florish disertai dengan cara kerjanya. Pemaparan praktik dan proses tersebut berlangsung pada hari kedua, Minggu (25/7).

Untuk merasakan prosesnya, 25 peserta dibagi menjadi 5 kelompok yang berbeda untuk berkolaborasi menyajikan data-data dari musisi pilihan yang berbeda menjadi informasi yang menarik. Mawa menyampaikan, bahwa berkutat dengan data dan angka tidak melulu soal bilangan yang banyak dan rumit. Bahkan data soal musisi dapat diolah menjadi sebuah sajian yang apik.

Ia juga tak lupa untuk terus mengingatkan bahwa kata kunci jurnalisme data terletak pada kata jurnalisme. Sehingga setiap jurnalis perlu terbuka pada setiap proses pengolahan dan penyajiannya ketika dipublikasi.

Tugas dari masing-masing kelompok kemudian dievaluasi olehnya pada Sabtu (31/7) dengan berbagai kritik dan saran yang sangat berguna bagi peserta. Meski belum sempurna, semua kelompok berhasil belajar dengan terjun langsung pada proses pengolahan data. Berbagai kesalahan yang ada tak luput menjadi pembelajaran yang berarti.

Tak terasa, tiga hari berlangsung begitu cepat. Kelas ditutup dengan senyuman pada foto bersama seluruh peserta dan Mawa Kresna. Meski hanya sebentar, kelas harus diakhiri dan berlanjut pada agenda selanjutnya. Jurnalisme Narasi akan menjadi materi yang akan dipelajari berikutnya. Nantikan keseruan Jurnalisme Narasi setelah ini! (khn/len)



Kolom Komentar

Share this article