Branding

Forum Diskusi Diorama LKPE 2024: Kupas Tuntas Potensi Ekowisata Kaltim sebagai Pendapatan Alternatif Daerah

Selenggarakana agenda Diorama, LKPE FEB Unmul suguhkan forum diskusi dengan narasumber andal

Sumber Gambar: Nindi/Sketsa

SKETSA — Lembaga Kajian Pengembangan Ekonomi (LKPE) FEB Unmul resmi membuka agenda Diorama 2024 pada Rabu (25/9). Acara yang dijadwalkan selama dua hari hingga Kamis (26/9) ini memiliki dua seminar utama.

Salah satunya, Forum Diskusi yang membahas mengenai Potensi Ekowisata sebagai Pendapatan Alternatif di Kalimantan Timur. Ketua Umum LKPE FEB Unmul, Fachrezi Putra Palapa menyebutkan, ia dan kawan-kawan mantap mengupas tuntas menyoal ekowisata di Kaltim tak terlepas dari momentum Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Kita ingin tahu nih, apakah nantinya Kaltim akan mengembangkan ekowisata dan sejauh mana dampaknya bagi pendapatan daerah,” jelas mahasiswa yang kerap disapa Ezi itu.

Dalam forum diskusi kali ini sejumlah narasumber andal turut dihadirkan. Mulai dari akademisi Unmul hingga praktisi dari dinas terkait.

Di antaranya Herning Indriastuti selaku akademisi FEB Unmul. Kedua, Natasya Priyanka yang merupakan Puteri Indonesia Kaltim 2023. Ketiga, Awang Khalik yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kaltim. 

Selanjutnya ada Ismiati selaku Kepala Bapenda Provinsi Kaltim. Tak hanya itu, Aldrianto Priadjati, Manager Borneo Orangutan Survival Foundation pun turut membersamai diskusi pada pagi itu.

Potensi ekowisata sebagai pendapatan alternatif daerah Kaltim tak lepas dari transformasi industri konvensional yang saat ini masih bergantung pada sektor pertambangan. 

Diakui Ismiati, dari total 10 kabupaten/kota yang ada di Kaltim, penerimaan pendapatan daerahnya masih didominasi oleh pendapatan transfer. Terangnya, pendapatan transfer yang diterima Kaltim diperoleh dari pemerintah pusat yang meliputi dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Termasuk di dalamnya yang terbesar adalah royalti batu bara.

“Kaltim sendiri menerima untuk pajak dan retribusi daerah 51 persen, hanya 49 persen yang bersumber dari pendapatan transfer,” ujar Ismiati menerangkan.

Herning Indriastuti meyakini transformasi industri konvensional ke arah ekonomi kreatif tak akan benar-benar beralih selama sumber daya alam tak terbarukan seperti batu bara masih ada.

Ia memberi contoh Uni Emirat Arab (UEA) sebagai negara penghasil minyak terbesar di dunia kini perlahan berangsur mengandalkan sektor lain seperti pariwisata sebagai penunjang perekonomian.

“Untuk memaksimalkan potensi pariwisata, UEA bergerak membangun airport hub di Dubai yang menghubungkan antara Eropa ke Asia, dari Asia ke Amerika dan lain sebagainya.”

Contoh paling dekat lainnya yang disebut akademisi Unmul satu ini ialah konser Taylor Swift yang berhasil mampu meningkatkan PDB beberapa negara bahkan yang minim sumber daya alam sekalipun seperti Singapura.

“Bahkan Amerika bangkit pasca Covid salah satunya berkat konser Taylor Swift di Philadelphia sukses besar,” imbuh Herning Indriastuti.

Sebagai satu-satunya representasi generasi Z dalam forum tersebut, Natasya Priyanka turut menyoroti besarnya dampak media sosial terhadap promosi pariwisata yang ada di Kaltim. 

Menurutnya, fenomena FOMO (Fear of missing out) yang kerap terjadi di media sosial dapat menjadi peluang bagi putra-putri daerah untuk mempromosikan berbagai destinasi wisata yang ada di Kaltim. 

“Kontribusinya gimana? social media is very easiest way,” seru Priyanka yang disambut meriah tepuk tangan penonton.

Lebih lanjut Priyanka menjelaskan untuk menguatkan branding di media sosial menyoal destinasi wisata Kaltim, putra-putri daerah harus berlaku jujur di samping cermat dalam pemilihan kata.

“Sebagai putra-putri daerah kita harus jujur dari awal, be true. Jangan memberikan kesan PHP.”

Dirinya memberi contoh Berau yang memiliki destinasi bawah laut yang menakjubkan. Meski akses darat yang harus ditempuh cukup sulit, Priyanka menyarankan untuk cermat menentukan kalimat yang dipakai agar tetap menarik.

“Biasanya kalau di TikTok sering tuh yang ‘ini hanya untuk para jiwa petualang’ gitu. Nah, teknik branding seperti itu yang bisa teman-teman pelajari agar hasilnya maksimal,” pesan Priyanka. (nkh/ali)



Kolom Komentar

Share this article