Berita Kampus

Upi Asmaradhana, Berbagi Cerita dan Harapan untuk Jurnalis

Diskusi jurnalistik di ruang rapat HI FISIP. Bertajuk “Peluang dan Tantangan Jurnalis di Era Pers Industri”.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Dok. Pribadi

SKETSA Kebebasan pers saat ini masih belum sepenuhnya nyata. Tudingan miring bahkan kekerasan kerap dilayangkan kepada insan pers yang memiliki tugas untuk mewartakan. Ada banyak contoh peristiwa tak menyenangkan yang dialami sejumlah jurnalis. Bahkan ada  yang dilaporkan dan dibawa hingga ke meja hijau, salah satunya jurnalis dari Makassar, Jupriadi Asmaradhana alias Upi Asmaradhana.

Meski menjadi waktu berakhir pekan, tak menjadikan kampus FISIP sepi pada Sabtu (27/5) lalu. Terlihat sejumlah mahasiswa dari program studi Ilmu Komunikasi datang sejak pagi untuk menghadiri diskusi jurnalistik di ruang rapat HI FISIP. Bertajuk “Peluang dan Tantangan Jurnalis di Era Pers Industri”, diskusi ini dihadiri Upi Asmaradhana.

Acara ini dibuka oleh Anisa Arsyad selaku sekretaris kaprodi ilmu komunikasi mewakili Endang Erawan yang saat itu berhalangan hadir. Nurliah dan Andik Riyanto selaku dosen pembimbing mata kuliah pengantar jurnalistik juga turut membersamai. Upi merupakan lulusan ilmu jurnalistik di Universitas Hasanuddin. Ia memiliki sejumlah prestasi membanggakan, di antaranya adalah sebagai peraih penghargaan UDIN Award. Ia pernah memperjuangkan kebebasan pers dengan melawan aparat negara dan berujung menjadi terdakwa di Pengadilan Negeri Makassar. Meski begitu, Upi mengaku tak menyesal pernah mengalami masa-masa itu.

Dalam diskusi, Upi mengatakan bahwa tantangan jurnalis khususnya media di era perindustrian saat ini adalah kurangnya SDM dalam dunia jurnalistik. Contohnya ialah kecilnya minat mahasiswa untuk menjadi wartawan dan berpengaruh terhadap lahirnya jurnalis masa depan. Pria kelahiran 1974 itu tidak memungkiri bahwa kurangnya peminatan dalam jurnalistik dikarenakan wartawan merupakan profesi yang memiliki tingkat resiko tinggi. Namun di balik itu semua, menurutnya jurnalis haruslah merasa bangga, karena tak semua orang berani mengambil sebuah keputusan yang tidak mudah untuk menjadi jurnalis. 

Saksi ahli dewan pers ini juga mengatakan bahwa ada empat dasar yang harus diketahui oleh seorang jurnalis yakni, to inform, di mana seorang jurnalis atau wartawan dapat membuat seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Kedua, to educated, di mana seorang jurnalis bisa dikatakan sebagai guru atau dosen bagi mereka yang menikmati hasil karya dan tulisannya, karena pena seorang jurnalis dapat mengubah dunia. Ketiga, to entertaint, tidak sekadar menghibur atau membuat orang tertawa, tetapi seorang jurnalis harus bisa menjalankan fungsi-fungsi sebagai relawan kemanusiaan yang dermawan dan memilki rasa empati yang besar. Terakhir yaitu to control, karena jurnalis merupakan agen kontrol sosial. Perannya dapat menjadi pengingat publik mengenai hal yang tidak baik, meluruskan hal yang bengkok dan membuka yang tersumbat.

Baginya, media merupakan salah satu pilar demokrasi negara dan merupakan penjaga hak masyarakat serta pembela kebenaran. Ia juga membagikan kiat-kiat untuk menjadi seorang jurnalis atau wartawan, di antaranya harus menguasai dua bahasa asing, selain bahasa ibu dan bahasa inggris. Lalu kumpulkan niat dan belajarlah dengan tekun, perbanyak membaca dan fokuslah pada bidang tersebut. Selain itu, agar bisa bertahan menjadi seorang jurnalis kuncinya seperti yang dikatakan Upi, yaitu dengan menjadi jurnalis yang jujur, menghargai profesi yang dijalani, menjalankannya dengan benar serta menjaga integritas agar dapat menjadi seorang jurnalis maupun wartawan yang bermanfaat bagi orang banyak.

Pukul 12 siang, kegiatan diskusi jurnalistik ditutup. Upi mengatakan bahwa ia merasa terhormat dapat bertemu dan berbagi dengan mahasiswa. Ia berpesan untuk seluruh mahasiswa yang ingin terjun dalam dunia jurnalistik untuk terus belajar dan menulis secara berulang-ulang. Menguasai bahasa asing dan mempelajari teknologi, karena jurnalisme sekarang adalah jurnalisme yang penuh dengan tools dari perkembangan teknologi.

Tak ketinggalan, Upi juga turut berpesan untuk pers mahasiswa  untuk tetap tekun dan memperkuat konten liputan yang berkualitas dan berbobot agar dapat bermanfaat serta dapat menjadi ajang untuk berkreasi. 

“Saya berharap kampus ini melahirkan jurnalis-jurnalis yang baik di masa yang akan datang, karena orang-orang yang akan memperkuat jurnalisme itu adalah anak-anak dari kampus. Kita harapkan mereka bisa menjadi SDM jurnalisme masa depan," tutupnya. (ffs/adl)



Kolom Komentar

Share this article