Transaksi Saat Pembagian Almamater, BPU Unmul Sebut Hanya Jualan Bukan Pungli
Dugaan pungli saat pembagian almamater mahasiswa baru dikonfirmasi oleh pihak BPU

Sumber Gambar: Mitha/Sketsa
SKETSA - Pembagian almamater bagi para mahasiswa baru menuai kebingungan. Sebab dikabarkan adanya transaksi pada saat pembagian almamater itu. Kebingungan itu disebabkan, sebelumnya almamater sudah termasuk dalam biaya yang ditanggung dalam rincian Uang Kuliah tunggall (UKT) alias biaya kuliah per semester. Yang mana berarti mahasiswa tidak perlu membayar selain UKT.
Transaksi itu terjadi ketika mahasiswa baru akan mengambil almamater di kantor BPU Unmul. Tepatnya di dalam Gedung Masjaya. Mahasiswa diberitahu untuk mengeluarkan uang sebanyak Rp10 ribu. Memang tidak semua, hanya beberapa fakultas yang terkonfirmasi dimintai pembayaran. Sketsa kemudian melakukan konfirmasi kepada mahasiswa. Apakah mereka benar diminta bayar Rp10 ribu dan untuk apa?
Satu di antaranya mahasiswa FPIK Unmul, Abdul Hafidz Ramadhan. Ia mengaku membayar seharga Rp 10 ribu tersebut, yang katanya untuk tote bag. Mahasiswa yang akrab disapa Hafidz itu kemudian bercerita. Ia bersamaan dengan mahasiswa baru lainnya tengah duduk di kursi ruang tengah Gedung Masjaya tepat di depan ruang kantor BPU.
“Kami didatangi satpam, dibilangin buat siapin Rp10 ribu buat bayar. Di dalam juga dimintai,” jelas Hafidz pada Sabtu (5/8) lalu.
“Ada Kak dikasih (tote bag), bayarnya ke bapak-bapak yg ada di dalam, gak tau namanya,” tambahnya.
Mahasiswa FPIK lainnya, Bayu Andika mengaku turut mendengar kabar pungutan itu. Meski dirinya belum sempat mengambil almamater sebab antriannya yang panjang.
“Namun saya mengetahui kejadian tersebut dari beberapa kawan saya yang juga sudah mengambil almamater. Dikatakan bahwa permintaan biaya berkedok membayar biaya tote bag,” jelasnya.
Sketsa kemudian ikut mengkonfirmasi kabar ini kepada pihak BPU (Badan Pengelola Usaha) terkait pungutan Rp10 ribu tersebut. Kepala Badan Pengelola Usaha (BPU) Unmul Husni Thamrin membenarkan adanya transaksi Rp10 ribu.
Ketika pengambilan almamater tahun ini dilakukan di kantor BPU, pihak BPU kemudian mengambil peluang untuk berjualan ke para mahasiswa baru. Menurutnya dengan adanya mahasiswa baru yang berjumlah sekitar 5000an tersebut dapat menjadi potensi bagi BPU untuk menambah pemasukan bagi kas Unmul.
“Nah disitu kita bisa jualan produk, karena kami sudah nyiapin (produk jualan untuk maba). Seperti baju putih, kan prodi ekonomi wajib 2 semester kalau nggak salah,” jelas Husni kepada Sketsa pada Rabu (9/8) lalu.
“Bagi kita itu, oh iya ini ada peluang (jualan) yang logonya resmi dan itu incomenya juga bakal masuk di kasnya Unmul bukan masuk ke orang per-orang,” tambahnya.
Namun, karena proses pengambilan almamater itu crowded alias membludak, penawaran pembelian tote bag Rp10 ribu itu pun tak sempat merata. hanya sejumlah fakultas saja. Di antaranya Faperta, Farmasi, FPIK. Sejumlah produk dari BPU Unmul lainnya yang rencananya ditawarkan ke maba pun akhirnya tidak terjual. Dan stoknya masih banyak.
“Ya, enggak. Jangankan yang uang Rp10 ribu itu, yang baju putih kami stok 1500 itu juga nggak bisa (ditawarkan ke maba),” ungkap Husni.
Husni menampik transaksi tersebut disebut sebagai bentuk pungutan liar (pungli). Ia justru menyebutkan bahwa penawaran totebag kepada mahasiswa baru tersebut selain menambah pemasukan, juga menjadi satu cara untuk mengenalkan BPU kepada para mahasiswa.
“Buat mengklarifikasi (berita pungli) ya nggak ada, karena emang nggak ada pungli kan. Kalau menurut kami di sini kami memang tempatnya berbisnis, tempatnya berjualan,” ujar Husni.
“Jangan mahasiswa itu taunya (BPU) pada saat ambil toga aja. Jadi udah mulai dari sekarang nih kita ngasih tahu, nih BPU. jadi mereka nanti ada apa-apa keperluannya di BPU,” imbuhnya.
Mengenai pihak keamanan yang menyuruh mahasiswa baru untuk menyiapkan uang sebesar Rp10 ribu itu pun jelas Husni akibat kondisi yang sudah penuh sesak. Kemungkinan pihak satpam tersebut sudah kewalahan untuk menjelaskan tujuan dari menyiapkan uang tersebut sehingga mahasiswa salah menangkap penyampaian satpam tersebut.
BEM KM Terima Aduan
Tidak sampai 1 hari pasca pembagian almamater, laporan mengenai hal tersebut pun diterima oleh BEM KM Unmul. Naufal Banu Tirta Satria, Presiden BEM KM Unmul mengatakan kepada awak Sketsa pada Senin (7/8) lalu.
Jelas Banu, laporan tersebut terdengar dari para mahasiswa baru yang mempertanyakan perihal pembayaran sebanyak Rp10 ribu melalui grup WhatsApp yang dibuat oleh BEM KM. Tak hanya melalui grup WhatsApp ada pula mahasiswa baru yang menghubunginya lewat pesan pribadi.
Dari BEM KM Unmul sendiri terkonfirmasi ada 4 fakultas yang mahasiswanya membayar uang totebag tersebut. Di antaranya Farmasi, FEB, FPIKdan Faperta.
Banu pun menyebutkan bahwa pihak BPU sudah menjelaskan bahwa pembelian tote bag seharga 10 ribu yang ditawarkan tersebut tidak diwajibkan melainkan hanya sebuah penawaran.
“Pungutan yang diluar dari UKT ataupun SPI sangat tidak dibolehkan tetapi dari penjelasan BPU sendiri hal tersebut ternyata tidak diwajibkan tetapi hanya ditawarkan untuk pembelian tote bag seharga Rp 10.000.” Terang Banu.
Ada pun tindakan yang dilakukan oleh BEM KM Unmul mengenai laporan tersebut Banu mengatakan pihaknya langsung melaporkannya kepada pihak Rektorat. Pengecekan juga dilakukan langsung ke lokasi pembagian almamater agar memastikan transaksi tersebut tidak lagi dialami oleh mahasiswa baru lainnya.
Pihaknya pun memberi instruksi kepada setiap BEM dan Himpunan Mahasiswa yang ada di setiap fakultas untuk mendata semua mahasiswa baru yang sudah membayar uang totebag tersebut. (xel/tha/khn).