Tak Diundang Raker BEM KM Unmul, DPM KM Unmul ‘Bikin’ Kartu Kuning
Postingan bernada tudingan dari akun Instagram DPM KM Unmul. (Sumber: Tangkapan layar Instagram Story DPM KM Unmul)
- 06 Mar 2018
- Komentar
- 1961 Kali
SKETSA – “Di situ titik nadi saya juga agak sedikit sentimen!” kesal Dwi Luthfi Ketua DPM KM Unmul saat mengurai alasan di balik postingan yang diunggah akun Instagram DPM KM Unmul Sabtu, (10/2) lalu. Diakui Luthfi, postingan itu idenya, kemudian dikoordinasikan kepada seluruh anggota DPM KM Unmul, disetujui, dan langsung dieksekusi.
Petang itu, sekira pukul 18.00 Wita, muncul postingan bernada tudingan ‘Menuju Kartu Kuning untuk Presiden BEM KM Unmul 2018’ diikuti tagar #EksekutifManja yang di posting akun Instagram DPM KM Unmul lewat fitur Instagram Story (Instastory). Para pengikut di luar internal dua kubu lembaga tinggi kemahasiswaan ini sontak bertanya-tanya, ada apa.
Rupanya, Instastory itu tercipta lantaran kekecewaan DPM KM Unmul karena tidak diundang dalam agenda rapat kerja (Raker) BEM KM Unmul yang dihelat di Gedung Rektorat pada Sabtu pagi, (10/2).
Adapun, aturan tentang kewajiban BEM KM Unmul mengundang DPM KM Unmul dalam raker tertuang dalam TAP DPM KM 2016 mengenai Prosedur Hubungan Kerja Sub Pelaporan Kerja. Di dalamnya juga memuat keharusan bagi BEM KM Unmul menyerahkan draf program kerja kepada DPM KM Unmul pra Raker.
Aturan ini yang menurut Luthfi telah dilanggar Presiden BEM KM Unmul Rizaldo, sehingga laik diberi “kartu kuning” sebagaimana Presiden Jokowi diberi kartu kuning oleh Ketua BEM Universitas Indonesia Zaadit Taqwa yang sempat viral beberapa waktu lalu.
“Secara prinsip, bagaimana kami mau mengawasi kalau tidak terlibat dalam penyusunan program. Bahkan saya bisa jamin, kalau itu (proker) betul-betul sudah disahkan dan (BEM KM Unmul) memang menutup diri dari kami memberi masukan,” ucapnya.
Kepada Sketsa, Luthfi mengaku sampai pada Jumat malam jelang Raker, pihaknya tak kunjung mendapati undangan. Padahal, beberapa waktu sebelumnya ia sempat berupaya menanyakan meski tidak secara tersirat mengatakan DPM KM Unmul harus diundang. Luthfi tahu Raker akan digelar dari hasil bertanya kepada sejumlah pengurus BEM KM Unmul.
“Sebelumnya saya bertanya ke eksekutif, kapan Raker? Tapi saya tidak memberitahukan karena orientasinya saya cuma untuk menyesuaikan waktu sidang DPM untuk membuat rancangan Garis Besar Haluan Kerja (GBHK). Jadi belum ada mengarah ke sana,” bebernya.
Tagar Sangar #EksekutifManja
Satu yang kemudian mencuri perhatian dari postingan Instastory DPM KM Unmul ialah tagar #EksekutifManja. Bagi Luthfi, itu wajar dan pantas. Sebab, DPM KM Unmul tidak harus selalu mengingatkan BEM KM Unmul untuk melakukan ini dan itu. Mestinya, ada inisiatif untuk bertanya, baik atas nama lembaga maupun personal.
“Masa mau apa-apa harus dikasih tahu dulu. Itu saya bilang mereka itu manja sekali,” ujar Luthfi.
Kekecewaan Luthfi lantas merembet pada agenda-agenda bersama antara DPM KM Unmul dengan BEM KM Unmul selanjutnya, jika BEM KM tak merespons surat kiriman DPM KM tentang beberapa aspek, termasuk Raker yang diantar langsung oleh Luthfi ke sekretariat BEM KM Unmul pada Senin, (12/2). Surat itu memuat imbauan untuk BEM KM Unmul menindaklanjuti ‘teguran’ DPM KM Unmul paling lambat 2x24 jam yang mana capaiannya adalah Raker harus melibatkan DPM KM Unmul dan jika tidak, proker BEM KM Unmul tidak diakui.
“Saya bisa jamin Revatur dan Kongres pun tidak akan terlaksana. Bahkan akan jadi Kongres Luar Biasa (KLB) nanti, karena itu prinsip. Legislatif memang yang notabenenya perwakilan konstituen fakultas harus hadir dalam keterlibatan pemberian pandangan, masukan buat BEM KM,” terangnya.
Sementara itu, kemunculan Instastory kartu kuning DPM KM Unmul tak dimungkiri Luthfi menuai beragam pro dan kontra. “Ada yang menanggapi itu tidak etik, tidak sopan. Ya lebih tidak sopan mana, kalau kita juga tidak di undang dalam Raker. Itu kan juga jauh lebih tidak sopan gitu kan, tidak etis secara kelembagaan,” tegas Luthfi.
Kendati demikian, Luthfi menyebut, dari beragam respons yang masuk lebih banyak positif ketimbang negatif. Ia pun menganggap peristiwa ini sebagai momentum pembelajaran dan menyadari peran dari legislatif penting terlihat yang mana beberapa tahun sebelumnya cenderung bergeming di belakang eksekutif.
“Mungkin eksekutif jangan terlalu di atas angin, ya. Karena stories itu bertepatan dengan live iNews mereka, “Intinya ini wujud ekspresi bahwasanya legislatif yang memang mitra kritis eksekutif harus bersuara,” tandasnya. (wil/aml/els)