Berita Kampus

Pengadaan Bak Sampah Jadi Rapor Merah Unmul, BEM KM Inisiasi Waste Crowdfunding

Aksi memungut sampah oleh BEM KM dalam bentuk Waste Crowdfunding

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Ai/Sketsa

SKETSA — Senin (2/10) kemarin, BEM KM Unmul mengadakan kegiatan Waste Crowdfunding di sekitar kawasan Taman Unmul. Waste Crowdfunding merupakan kegiatan memilah dan memungut sampah yang bertujuan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan kampus. 

Inisiasi tersebut ternyata berangkat dari keresahan kondisi Taman Unmul yang terlihat kotor hingga kurangnya kesadaran mahasiswa dalam menjaga kebersihan taman. Padahal, taman tersebut merupakan salah satu fasilitas yang sering dimanfaatkan oleh mahasiswa, baik untuk berdiskusi, mengerjakan tugas, atau sekadar bersantai.

“Kita sendiri melihat kondisi Taman Unmul ini seperti apa kotornya dan masih kurangnya kesadaran mahasiswa,” ungkap Edgar Justin Anderson selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan BEM KM Unmul saat diwawancarai oleh awak Sketsa, Senin (2/10).

Sebagai langkah awal, kegiatan memungut dan memilah sampah ini dimulai oleh internal BEM KM Unmul. Dalam waktu dekat, lembaga eksekutif tingkat universitas ini juga menargetkan seluruh jajaran BEM Fakultas hingga Himpunan Mahasiswa yang ada di Unmul turut terlibat. Diketahui, Gor 27 September milik Unmul akan menjadi sasaran lokasi selanjutnya.

Lebih lanjut, Edgar menerangkan bahwa hal ini merupakan bentuk aksi nyata BEM KM terhadap rapor merah yang mereka todongkan ke Rektorat beberapa hari lalu. Tujuannya yakni memperoleh timbal balik dengan pengadaan tempat sampah di sejumlah titik fasilitas kampus, utamanya di Taman Unmul.

“(Pengadaan bak sampah) akan kami ajukan ke Rektorat karena ini ‘kan sudah kami ajukan ke dalam rapor merah Unmul. Bagi kami, ini sebagai langkah awal kena rapor merah ‘kan sudah diajukan,” papar Edgar sore itu.

Menurut Edgar, aksi sore itu jadi ihwal penting yang menandai keseriusan BEM KM Unmul terhadap rapor merah yang telah dilayangkan. 

Dirinya menilai bahwa tumpukan sampah di beberapa titik seperti Taman Unmul dan Gor 27 September disebabkan oleh tidak tersedianya tempat sampah yang memadai oleh pihak kampus. Hal ini tentu merusak estetika lingkungan kampus yang sejatinya menjadi salah satu fokus dari sebuah institusi pendidikan.

“Jadi, itu yang menjadi salah satu alasan kenapa mahasiswa itu membuang sampah sembarangan, karena tidak adanya tempat-tempat sampah,” terang Edgar.

Senada dengan Edgar, Arif Rahman Hakim, mahasiswa Prodi Pendidikan Jasmani asal FKIP menilai, kurangnya fasilitas bak sampah jadi pemicu utama dari menggunungnya kotoran di sejumlah kawasan kampus.

“Yang saya lihat dengan tidak adanya bak-bak sampah ini, mahasiswa jadi bingung mau buang (sampah) ke mana. Jadi, mungkin kayak kebiasaan mereka meninggalkan sampahnya, membuang sampah sembarangan,” ujarnya kepada awak Sketsa, Senin (2/10) lalu.

Edgar maupun Arif berharap, kegiatan ini dapat menjadi dorongan positif bagi pihak kampus untuk lebih memperhatikan kebutuhan mahasiswa dalam menjaga kebersihan lingkungan. Pengadaan tempat-tempat sampah yang memadai di sekitar fasilitas kampus akan mempermudah mahasiswa dalam berpartisipasi aktif untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

“Semoga ada tempat-tempat sampah yang disediakan, karena ini ‘kan kampus nomor satu di Kalimantan Timur, Universitas Mulawarman. Masa taman seperti ini dibiarkan saja bergelimpangan sampah?” tegas Arif.

Tak lupa, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan BEM KM Unmul itu berpesan kepada mahasiswa agar tidak membuang sampah di sembarang tempat.

“Kalau misalnya kalian mau bersantai atau melakukan apapun di lingkungan kampus, sampah yang kalian bawa, seperti botol minuman atau (sampah) makanan itu dibawa pulang kembali atau cari tempat sampah yang ada di dekat kalian,” pesan Edgar. (xel/mlt/dre)



Kolom Komentar

Share this article