Berita Kampus

Maju Mundur Ungkap Jerat Predator Seksual Berkedok Aktivis

Kekerasan seksual lingkup kampus

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Himapsos Unmul

SKETSA – Sabtu (4/4) lalu, beredar sebuah kronologi kekerasan dan kejahatan seksual yang dilakukan oleh Ade Fachrizal Rizky (Ade Gembung) dalam unggahan Instagram akun himapsos_unmul. Diketahui, dari unggahan tersebut terdapat tiga orang yang menjadi korban Ade. Yang kemudian memberikan keterangan terkait tindakan kekerasan seksual yang mereka alami.

Sketsa berkesempatan untuk menghubungi salah satu penyintas, yakni Nia—bukan nama sebenarnya. Nia mengaku menjalin hubungan dengan Ade sejak September 2016. Kendati demikian, ia merasa hubungan keduanya berjalan secara “sehat” selama tiga bulan. Selama rentang waktu itu, sukar bagi Nia untuk terlepas dari jerat Ade yang ia anggap lihai dalam memanipulasi setiap pihak.

“Aku berhubungan dengan dia (Ade) selama 2 tahun 10 bulan, selebihnya aku mendapatkan kekerasan fisik maupun psikis, aku tidak bisa melawannya. Ade membuatku menjadi karakter yang tidak disukai orang-orang. Hal tersebut membuat mentalku jatuh, dia membuatku tidak layak dicintai oleh orang lain selain dia, itu susahnya pada saat itu,” tutur Nia kepada Sketsa, Minggu (5/4).

Puncaknya, ketika Nia semakin penasaran dan akhirnya mendatangi Ade guna menanyakan kejelasan hubungan Ade dengan perempuan lain yang selama ini ia dengar. Nia merasa Ade kerap kali menyembunyikan hal tersebut darinya.

“Saat aku meminta bukti dengan memeriksa HP Ade, dia selalu menepis dan meminta putus, aku setuju. Saat HP tersebut dia berikan ke aku, ternyata benar terdapat chat seperti itu dengan orang lain. Tapi, setelah itu dia malah membabi buta ke aku. Melakukan penyerangan saat itu pada malam hari,” ujar Nia.

Adapun bentuk kekerasan fisik yang dialaminya seperti penamparan, penendangan pada bagian pinggang dan perut, pencekikan, hingga melindas kaki Nia dengan motor milik Ade. Pada saat ia tak berdaya, Ade merasa bersalah dan berusaha mengobati cedera yang diderita Nia setelah kejadian. Hal tersebut yang membuatnya hingga saat ini enggan melakukan visum, mengingat saat kejadian Nia merasa bingung akan perubahan sikap Ade yang drastis.

Berdasarkan kronologi yang beredar, beberapa kali setiap setelah perkelahian, Ade mengajak Nia untuk berhubungan seksual. Ajakan tersebut langsung ditolak oleh Nia, namun apa daya jika ditolak Ade akan jengkel dan meminta putus kepadanya.

Enam bulan pasca kandas hubungan keduanya, Nia melihat satu edaran di media sosial. Rupanya Ade menjadi pembicara dalam kegiatan memperingati International Woman’s Day yang saat itu diselenggarakan di Tarakan pada 12 Maret 2020.

“Berangkat dari sana aku geram, pelaku kekerasan masih diberikan panggung seolah tidak melakukan apapun. Lantas, aku enggak mau berdiam diri dan mulai speak up, aku tidak mau ada korban lain selain aku,” terang Nia.

Ia memulai buka suara dengan mendatangi organisasi yang menaungi keduanya untuk memberikan bukti serta membentuk tim Kawan Penyintas dari berbagai organisasi sembari melakukan investigasi lebih lanjut. Setelah langkah tersebut ditempuh, Nia mengaku korban-korban lain berani mengikuti jejaknya, terhitung terdapat empat korban, namun satu di antaranya memilih untuk bungkam.

Meski mengaku mendapat intimidasi dari beberapa pihak, Nia mengaku tak gentar dan akan terus menelisik lebih dalam kasus ini hingga Ade menadapat hukuman yang setimpal.

“Sejauh ini belum ada laporan ke pihak kepolisian karena hukum negara saat ini justru menyudutkan si korban, oleh karena itu aku dan tim masih mencari cara. Paling tidak dia mendapat sanksi sosial atas perbuatannya, jangan beri ruang bagi predator kekerasan untuk bersuara,” ucap Nia.

Pengakuan hingga Tudingan

Tak mau berdiam diri, Ade kemudian membuat sebuah pernyataan terbuka guna mengklarifikasi berbagai kabar yang beredar. Pernyataan tersebut diunggah Ade pada akun Instagram miliknya (ade_fachrizal), meski saat ini akun tersebut telah lenyap. Namun, banyak yang menduga bahwa pernyataan tersebut bukan hasil tulisan Ade seutuhnya.

Bahkan dalam unggahan Instastories himapsos_unmul (4/4), tulisan Ade disandingkan dengan pernyataan dari ‘pelaku lainnya tahun 2018’ yakni Jamaluddin. Kecurigaan ini muncul karena terdapat kemiripan tulisan Ade dengan pernyataan yang dibuat oleh Jamal dua tahun lalu, sehingga diberi cetak merah sebagai tanda bagian yang mengalami perubahan.

(Baca: https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/penyintas-lain-dan-pengakuan-pelaku-pelecehan-seksual/baca)

Saat dihubungi Sketsa melalui pesan WhatsApp, Ade membantah jika dirinya melakukan plagiasi terhadap tulisan Jamal. Ade mengaku jika dia tidak pernah lagi bertemu dengan Jamal sejak 2017, bertemu pun hanya di Aksi Kamisan. Dia mengirimkan tangkapan layar catatan ponselnya yang berisi pernyataan yang dibuat.

“Ini surat yang aku buat sendiri, silakan dilihat tanggalnya. Kalau dibilang (plagiat) sih enggak benar. Karena aku sendiri yang nulis, bahkan aku punya saksi yang ngelihat aku nulis tulisan itu,” jawab Ade, Minggu (5/4).

Meski demikian, Ade tidak terlalu mempermasalahkan tudingan plagiat tersebut. “Ya kalau kulihat sih emang kayak ada kemiripan, cuma aku bingung copas-nya di mana,” timpalnya.

Terkait kronologi dari penyintas yang telah beredar, Ade tak menampik jika memang benar ia pelakunya. Sesuai dengan pernyataan yang dibuat. Namun menurutnya, kronologi yang disampaikan penyintas tidak berimbang. Masalah antara ia dan penyintas sebenarnya sudah selesai. Dia kemudian membagikan tangkapan layar percakapnnya dengan Nia, jika mereka sudah berdamai.

“Sebenarnya antara aku dan penyintas itu sudah clear, cuma enggak tahu kenapa dikuak dan mengatakan ini kasus kekerasan seksual,” kata Ade.

Ade dibuat bingung oleh pernyataan penyintas. Bahkan menurutnya, pada 2016 lalu Nia juga mendampingi Ade untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan penyintas lainnya. Selain itu, dikatakan olehnya hanya ada tiga penyintas yang pernah berurusan dengannya. Berbanding terbalik dengan pernyataan yang terdapat pada unggahan himapsos_unmul, jika masih ada penyintas lainnya yang belum mau buka suara.

Ade tidak banyak memberikan jawaban secara jelas terkait tidak berimbang yang dimaksud, karena akan dihadirkan dalam kronologi yang akan dibuat. “Gini ya, semakin aku sibuk mengklarifikasi, berarti semakin aku mengiyakan kalau itu benar aku lakukan. Aku sedang menyusun, nanti aku tulis dalam bentuk kronologi.”

Ia malah balik menuding jika penyintas juga pernah melakukan hal yang sama kepadanya. Disebutkan jika dia juga mendapatkan tindakan kekerasan dari penyintas 1 dan 2, termasuk yang menyebutkan adanya pengkhianatan dalam bentuk perselingkuhan. Dia bahkan menantang penyintas untuk mau mengakuinya.

“Gimana ceritanya kalau ini kekerasan seksual, sementara aku juga mengalami hal demikian dari yang mengaku sebagai penyintas,” imbuhnya.

“Pernyataanku itu ya benar aku pernah melakukan, bahkan semua orang pernah melakukan. Lalu siapa yang berani mengatakan itu secara terbuka? Bahkan si penyintas yang pernah melakukan itu, apa berani jujur mengatakan kalau mereka juga adalah pelaku?” tambahnya.

Saat ini Ade mengaku sedang menenangkan diri, dia juga merasa lebih baik di tempatnya sekarang. Baginya proses berubah tiap orang berbeda-beda, dan sekarang merupakan waktu yang tepat baginya untuk berubah. Dia kemudian mengapresiasi berbagai gerakan yang dibentuk dalam mengawal kasus ini. Segala konsekuensi akan diterima, termasuk jika dibawa ke ranah hukum.

“Ya, itu sah-sah aja sih, dan aku mengapresiasi gerakan itu. Ya pasti akan siap akunya,” tutup Ade. (wil/syl/len)



Kolom Komentar

Share this article