Berita Kampus

Lagi, Satu Pohon dan Tiang Listrik di Unmul Tumbang

Senin (9/4) pagi, pohon aren tumbang di bagian belakang gedung kampus FMIPA. (Foto: Wahid Tawaqal)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Senin pagi tadi (9/4) pohon aren tumbang di bagian belakang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Rebahnya pohon itu menarik lintasan kabel di dekatnya hingga satu tiang listrik di Jalan Long Apan ikut roboh. Pagar pembatas yang kejatuhan juga menjadi miring. Untungnya kejadian ini tidak sampai memakan korban.

Bagian rumah tangga rektorat adalah yang pertama kali menerima laporan dari insiden ini. Selanjutnya rumah tangga mengontak PLN untuk menangani persoalan tiang listrik. Pukul setengah 10 pohon dan tiang listrik diketahui roboh, tak berselang lama listrik padam.

Supervisor Rayon Kota PLN yang bertugas, Muhammad Anwar mengatakan pemadaman hanya dilakukan di kawasan Unmul dan diupayakan agar hanya sampai sore. Betul saja, pukul 3 sore listrik mulai kembali menyala.

Kawasan Unmul, kata Anwar, memang rawan akan ancaman pohon tumbang. Ia mengklaim dalam sebulan di Unmul minimal ada satu gangguan listrik terjadi akibat dari pohon tumbang. Dilematis bagi PLN karena untuk menebang pohon yang dinilai menganggu lintasan kabel perlu dulu berunding tentang kampus Unmul sebagai kampus  hijau.

Dari peristiwa tadi tiang, listrik yang roboh perlu diganti dengan pemasangan tiang baru. Jelang pukul 1 siang, tiang datang dari PLN. Sedikitnya ada empat pohon terpaksa ditebang sebagai kompensasi aman dari pemasangan tiang listrik ini.

“Kami tidak tahu bagaimana nanti dengan pagar,” ucapnya saat disinggung pagar yang miring karena ketiban tiang.

Bila PLN fokus mengurusi alur listrik yang terganggu, urusan mana pohon yang perlu ditebang dilakukan oleh rumah tangga rektorat. Setidaknya ada 12 pegawai dari rumah tangga turun ke lokasi kejadian untuk menebang pohon dengan parang dan gergaji mesin.

Supardin, salah satu staf rumah tangga berkali-kali berujar, “Kami tidak hanya duduk di (balik) meja, tapi juga menebang pohon.”

Menurut Supardin, anggota rumah tangga tidak ada yang mengetahui dengan pasti teknik menebang pohon, yang mereka lakukan hanya pekerjaan spontan belaka. Asalkan ada yang bisa pegang parang dan gergaji mesin, pemotongan pohon sudah bisa dilakukan.

“Yang penting tidak menghalangi arus lalu lintas,” ujar Supardin.

Pohon yang selesai ditebang itu bersama-sama mereka angkat dan lempar ke luar pembatas jalan. Selama proses penanganan, Jalan Long Apan juga diblokir. Pantauan Sketsa hingga sore tadi jalan tersebut masih diberi batas garis berwarna hitam kuning.

Penutupan jalur ini otomatis mengubah rute mereka yang masuk melalui gerbang Jalan M. Yamin dan ingin menuju ke FISIP dan Faperta. Lusiana Afriyani, mahasiswa FISIP terpaksa berputar menuju kampusnya karena penutupan jalur tersebut.

“Semoga jalan yang ditutup itu cepat dibuka karena kita repot kalau untuk ke FISIP harus mutar-mutar lagi,” ujarnya. (syl/wal/els)



Kolom Komentar

Share this article