Berita Kampus

Kelas dan Talkshow Daring: Jadi Tren Selama Pandemi

Tren kelas dan talkshow online selama pandemi.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Istimewa

SKETSA - Pandemi yang terjadi menghambat berbagai kegiatan terutama yang mengharuskan berinteraksi langsung dengan lawan bicara. Namun siapa sangka justru selama pandemi ini, acara bincang-bincang dan kelas online mulai bertebaran dan jadi tren baru. Artis, kalangan influencer, mahasiswa, hingga masyarakat ramai-ramai melakukan.

Seperti halnya kegiatan bincang-bincang yang rangkaian acaranya telah terencana dengan apik terancam tertunda hingga batal. Memutar otak, penyelenggara talkshow beberapa bulan terakhir diketahui melaksanakan bincang langsung tersebut secara daring melalui media masing-masing. Ada yang berupa webinar dengan Zoom, live Instagram, live YouTube, dan banyak lagi.

Salah satunya dilakukan oleh biro konsultasi DNR Psychology. Mentari Nadia Widyanta, sebagai moderator salah satu acara DNR Psychology mengaku talkshow tersebut telah terencana sejak awal tahun dan pelaksanaannya pada Maret. Malang, sebelum terealisasi, Covid-19 datang menghampiri hingga mengharuskan masyarakat untuk berjaga jarak.

“Alasan diadakan mini talkshow karena melihat Instagram jadi media sosial yang sangat menarik perhatian penggunanya, meningkatkan tingkat marketing DNR di Instagram, mengurangi biaya akomondasi pas juga kolaborasi dengan bintang tamu yang jauh posisinya dari Samarinda,” tutur Mentari, saat awak Sketsa menghubungi melalui pesan WhatsApp (2/5).

Mentari menambahkan tren kelas dan talkshow daring menjadi terobosan baru dalam beradaptasi pada interaksi sosial di tengah pandemi. Efektivitas waktu dan tempat yang berbasis pada kediaman masing-masing, memudahkan peserta dalam mengikuti rangkaian acara.

“Menurut aku, bakalan masih eksis pun pasca pandemi (kelas atau talkshow) meskipun ada penurunan karena senyamannya talkshow kalau face to face. Tapi ini menjadi solusi bagi penyelenggara yang ingin ngadakan talkshow tapi berat diakomodasi,” ujar Mentari.

Senada dengan Mentari, Ninik Wirasti, mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat ini, pernah menjadi peserta dalam rangakaian acara serupa. Bagi Ninik, talkshow daring membawa beberapa manfaat.

Talkshow online itu sangat mudah karena kita tidak harus datang ke tempat acara kemudian menyimak materi. Kita juga dapat menyimak materi sambil mengerjakan hal lain, jadi dalam satu waktu kita bisa menyelesaikan beberapa hal,” ungkap Ninik.

Bagi Ninik talkshow online sebagai solusi untuk mahasiswa dalam berkarya terutama pada kehidupan organisasi sehingga tidak menurunkan produktivitas anggota. Tren kelas atau talkshow daring mampu menjadi program kerja andalan selama pandemi atau bahkan setelahnya. Kendati demikian, terdapat beberapa kekurangan yang terjadi selama berlangsungnya talkshow online.

“Saya mengikuti kegiatan online ada pertanyaan yang tidak tersampaikan karena keterbatasan waktu sehingga kita tidak dapat mengetahui dan mendapatkan jawaban yang kita inginkan dalam sebuah kegiatan diskusi. Kemudian juga, kegiatan online ada batasan jumlah bagi peserta yang mengikuti, sehingga kadang-kadang kuotanya sudah penuh tetapi kita tidak dapat ikut kegiatan tersebut padahal pembahasannya sangat menarik,” jelasnya, Sabtu (2/5).

Berbeda dengan Mentari dan Ninik, dikatakan Putri Ajeng Ngabito kepada Sketsa (10/5) meski kelas daring sangat membantu selama pandemi, namun dia merasa kelas daring kurang efektif.

“Aku ngerasa kurang aja, hanya bisa membaca materi, jadi kurang dapat intisarinya daripada bertatap muka langsung. Kerap kali, materi yang disampaikan terlalu cepat, jadi harus benar-benar menyimak, telat 1-2 menit sedikit sudah ketinggalan banyak, kayak kelas daring yang pernah aku ikutin pada aplikasi social media Whatsapp,” pungkas mahasiswa Ilmu Komunikasi itu. (syl/rth/kus/ami/wil)



Kolom Komentar

Share this article