Berita Kampus

Jadi Kambing Hitam, Dimas Kecewa Koordinasi Panitia PAMB dan Arogansi Oknum Mahasiswa

Sumber ilustrasi: gambarmerdeka.co

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA  - Dimas Ronggo Gumilar Prabandaru, pihak yang disinyalir sebagai korban pemukulan Senin, (22/08), akhirnya angkat bicara. “Saya sangat menyayangkan aksi premanisme dan arogansi oknum mahasiswa yang harusnya berlaku sebagai kaum intelektual. Tapi, malah bertindak sebaliknya,” ujar Wakil Presiden BEM KM Unmul itu saat ditemui Sketsa.

Gamblang, Dimas mengurai kronologi ricuh dari sudut pandangnya. Menurut pengakuan Dimas, sejumlah mahasiswa menyambangi posko BEM KM Unmul sebanyak dua kali. Dia pun mengetahui maksud kedatangan dan sempat bersalaman dengan semua yang datang saat kali pertama. Ketika itu, keadaan aman saja. Tidak ada tanda-tanda akan terjadi keributan.

Kendati demikian, Dimas mengaku tidak mengetahui sudah terjadi kesepakatan antara Muhammad Teguh Satria, Presiden BEM KM Unmul dengan sejumlah oknum mahasiswa yang datang ke posko.

Usai perjumpaan singkat itu, Dimas meninggalkan posko dan kembali dengan terkejut ketika melihat spanduk nama posko BEM KM Unmul, yakni publikasi kegiatan Kuliah Super (Kulsup), berikut tulisan pendaftaran PAMB 2016 dilepas dan disobek paksa.

Melihat itu, Dimas yang hanya sendirian merasa perlu mengambil sikap. Dikatakannya, salah satu staf perempuan BEM KM sempat mendapatkan intimidasi ketika coba mempertanyakan aksi perusakan itu. “Saya tanya baik-baik, mereka malah meremas kertas publikasi Kulsup, lalu membuangnya. Mereka juga menantang dan mempertanyakan apakah saya tidak terima,” imbuh Dimas.

Adu mulut hingga dorong-dorongan pun tak terhindarkan. Dimas mengaku, saat itu dia memang mengatakan siap dipukul dan mati syahid. “Ketika saya bilang itu, mereka emosi dan tampak ingin memukul. Tapi, Alhamdulillah saya baik saja,” ceritanya.

Bagi Dimas, pelepasan tulisan pendaftaran PAMB sebenarnya tak dipersoalkan. Namun, yang disayangkannya, kertas publikasi yang murni kegiatan BEM KM Unmul turut jadi korban aksi anarkis oknum tak bertanggungjawab. Dia pun membantah, posko BEM KM Unmul tetap membuka pendaftaran PAMB 2016 setelah diperingatkan dan terjadi kesepakatan. “Kami tetap buka sampai sore. Tapi, untuk pendaftaran PAMB kami pending sambil menunggu keputusan audiensi sore harinya,” terang Dimas.

Dimas juga menyayangkan miss komunikasi yang terjadi di antara panitia PAMB 2016. Dikatakannya, dia sudah menanyakan kepada stafnya yang juga tergabung dalam kepanitiaan. Dari situ, dia memperoleh keterangan bahwa berdirinya posko BEM KM Unmul yang juga melayani pendaftaran PAMB, sudah disosialisasikan sejak lama. “Saya heran, kenapa baru sekarang mereka mempermasalahkan? Sebelumnya ke mana? Miss komunikasi panitia malah berimbas kepada kami. Itu harusnya, diselesaikan di internal kepanitiaan saja, bukan malah menjadikan BEM KM Unmul sebagai kambing hitam,” tegasnya.

Bersama pihaknya, Dimas mengaku, sudah memaafkan dan tidak ingin memperpanjang masalah ini. Dia pun tidak keberatan dengan hasil keputusan dan berpikir lebih baik posko ditiadakan. Akibat insiden tersebut, mahasiswa Hukum itu menyebut, dua staf BEM KM Unmul jadi korban. Tepatnya, saat berupaya melerai perkelahian. Masing-masing terkena pukul dengan luka di bagian bibir bawah dan tendangan di kaki. (aml/im/e2)



Kolom Komentar

Share this article