Berita Kampus

FMIPA Bersiap Menuju Pesta Demokrasi

FMIPA tengah bersiap menuju pesta demokrasi kampus. (Sumber ilustrasi: google.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Akhir tahun merupakan waktu berpesta demokrasi bagi Organisasi Mahasiswa (Ormawa) Unmul. Hal ini ditandai dengan terselenggaranya Musyawarah Besar (Mubes) oleh UKM dan Himpunan Mahasiswa Jurusan, pun Pemilihan Raya (Pemira) ditingkat fakultas dan universitas. Mengejar keterlambatan dari fakultas lain, DPM FMIPA mulai menyiapkan penyelenggaraan untuk Pemira FMIPA.

Persiapan Pemira FMIPA baru sampai pada tahap pembentukan Komisi Penyelenggara Pemilihan Raya (KPPR). Dikatakan oleh Adi Buchori Ramadhan, selaku Ketua DPM FMIPA bahwa Ketua KPPR akan ditetapkan dalam waktu dekat. 

“Kalau untuk FMIPA sendiri, Minggu ini baru tahap Ketua KPPR-nya. Jadi kami dari FMIPA mengalami keterlambatan untuk pembentukan panitia KPPR,” ujar mahasiswa yang akrab disapa Madan itu.

Madan menegaskan bahwa KPPR tidak boleh terikat pada salah satu calon dan diwajibkan bersifat netral sebagaimana regulasi yang telah disepakati. Sementara itu, pembentukan BPPR akan menyusul seiring terbentuknya KPPR.

Setelah pembentukan KPPR, lembaga-lembaga di FMIPA akan dikirimi surat mengenai persyaratan calon Presiden dan Wakil Presiden BEM FMIPA. Sesuai rencana yang disampaikan oleh Madan, tahap selanjutnya yaitu pengumpulan dan verifikasi berkas para calon.

Tidak berbeda jauh dengan tahapan yang dilakukan fakultas lain, FMIPA akan mengadakan debat kandidat apabila terdapat lebih dari 1 pasangan calon. Kemudian dilanjut dengan masa kampanye dan masa tenang. Berujung pada tahap pemungutan suara yang akan dilakukan sekitar akhir November.

Mengenai aturan dalam Pemira, pemimpin DPM itu menyatakan peraturan yang dipakai masih sama seperti peraturan pemira pada tahun lalu dan tidak ada perubahan.

Tidak dilakukan dalam waktu bersamaan, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden BEM dilaksanakan lebih dulu, setelah itu baru diadakan pembentukan DPM. Berbeda dengan pemilihan BEM yang dilakukan dengan pemungutan suara, pembentukan DPM dilakukan dengan sistem pengiriman delegasi dari setiap HMJ.

“Sistemnya, kalau dpm itu delegasi sesuai kesepakatan dari beberapa himpunan. Kalau kemarin kesepakatannya, setiap HMJ mengirim 3 delegasinya. Jadi DPM tidak dipilih oleh mahasiswa tapi delegasi. Nanti delegasi itu, masih dituntun sama DPM sebelumnya untuk mengadakan rapat paripurna. Pada rapat paripurna itu nanti akan dipilih ketua dan lain-lain,” jelas Madan. 

Ditambahkan Madan, golongan putih (golput) di pemira FMIPA 3 tahun belakangan berada dalam skala rendah.

Tak Ingin Aklamasi Terjadi Ketiga Kalinya

Madan berharap pada Pemira tahun ini Mahasiswa FMIPA dapat berpartisipasi dan turut bersaing. Pasalnya, 2 tahun ke belakang, pemimpin BEM FMIPA lahir dari Pemira yang aklamasi. Mahasiswa jurusan Fisika angkatan 2014 ini menilai bahwa aklamasi telah menciderai sistem demokrasi yang ada.

“Minimal 2 paslon lah, kalau bisa jangan aklamasi. Saya merasa aklamasi itu membuat kepercayaan mahasiswa terhadap BEM itu kurang (karena hanya ada satu calon yang akan dipilih),” harapnya.

Ditanyai soal penyebab aklamasi, Madan menyebutkan 2 faktor. Pertama, ada sebuah kebijakan di FMIPA yang masih simpang siur kepastiannya, yaitu mahasiswa baru tidak diperbolehkan mengikuti himpunan-himpunan jurusan. Kalau bergabung, dalam Surat Keputusan namanya tidak tercatat sebagai pengurus. Berdasarkan AD-ART himpunan, Madan berpendapat bahwa setiap mahasiswa sudah otomatis menjadi bagian dari himpunan di jurusannya masing-masing.

Penyebab kedua, berdasarkan hasil penelusuruan dan pengumpulan data yang dilakukan oleh DPM, beberapa mahasiswa baru sudah bergabung di BEM Universitas. Beberapa mahasiswa juga telah mengisi jabatan penting. Menurut Madan, selama 2 periode kebelakang, kaderisasi terhadap mahasiswa baru masih terbilang kurang.

Sikap apatis dan kurangnya kesadaran mahasiswa juga menjadi salah satu kecacatan dalam Pemira. Sebagaimana yang Madan rasakan, masih banyak Mahasiswa FMIPA yang bersikap apatis terhadap demokrasi. Penyebabnya, mahasiswa di FMIPA lebih disibukkan dengan aktifitas akademik seperti pengerjaan laporan. Hal ini membuat banyak di antara mereka yang enggan untuk berorganisasi.

Salah satu strategi yang dilakukan sejak periode lalu untuk meminimalisir aklamasi yaitu, HIMA melakukan Mubes terlebih dahulu sebelum Pemira.

“Yang saya lihat di fakultas lain itu mereka melakukan pemira dulu baru kongres, setelah kongres itu baru diikuti Mubesnya HMJ. Kalau di sini kita Mubes terlebih dahulu, salah satu strategi yang dicanangkan dari DPM periode lalu untuk meminimalisir aklamasi. Karena pada dasarnya, calon ketua himpunan tersandung mencalonkan jika dia masih menjabat di ketua himpunan,” tutur Madan.

Ia pun menambahkan, akan sangat tak elok apabila dilakukan Mubes Luar Biasa untuk menurunkan ketua himpunan yang ingin mencalonkan diri sebagai kandidat pemimpin BEM. Hal ini akan meninggalkan kesan bahwa ketua tersebut tidak bertanggung jawab.

Madan berencana memberi penegasan dan menyatakan sikap bahwa aklamasi sangat mencoreng dan menciderai demokrasi apabila aklamasi terulang pada pemira mendatang.

Kabar burung yang diterima oleh Madan, ada beberapa jurusan mulai berkoalisi. “Sebulan ini saya rasa beberapa jurusan sudah mulai koalisi antara satu jurusan dengan jurusan lain. Harapannya sih enggak ada aklamasi, persaingannya sudah mulai terlihat," ujarnya. (yun/sii/els)



Kolom Komentar

Share this article