Berita Kampus

Buntut Panjang Meme Mahasiswa Faperta

Buntut panjang meme Mahasiswa Faperta Unmul, pejabat kampus dinilai anti kritik. (Sumber ilustrasi: permanifest.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


gambar dari Kompas

SKETSA – Beberapa waktu lalu, media sosial mahasiswa Unmul ramai memposting meme yang mempertanyakan anggaran dana kemahasiswaan. Di luar dugaan, akibat dari tersebarnya gambar ini, tiga mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) yakni MJ, BA, dan C dipanggil untuk menghadap Dekan Faperta pada Selasa 26 Februari lalu.

Salah satu di antaranya saat ditemui awak Sketsa menceritakan awal mula permasalahan ini. Ia mengatakan bahwa muncul keresahan terkait anggaran tiap lembaga organisasi di Faperta untuk kepengurusan tahun ini , yang kabarnya akan dipotong sebesar 40 persen. Nantinya dana hasil pemotongan tersebut akan digunakan sebagai penunjang kegiatan prestasi akademik.

Sebelumnya ia juga mengaku tidak tahu kebijakan terkait pemotongan dana tersebut. Bahkan pengalokasian dana untuk tiap organisasi juga tidak ada sosialisasi. Merasa janggal, beberapa organisasi kemahasiswaan termasuk BEM Faperta menentang kebijakan pemotongan dana. Untuk meluruskan hal ini, pihak dekanat fakultas membuka audiensi untuk membahas persoalan ini pada Rabu, (20/2) lalu.

“Di audiensi itu kami kalah. Tidak diberi kesempatan bicara. Kami mengungkit dana BOPTN (Bantuan Opersional Perguruan Tinggi Negeri), PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), dan kami minta transparansi tidak dikasih,” terangnya.

Melalui audiensi itu juga, Wakil Dekan III Faperta dan Dekan Faperta menyampaikan keberatannya terhadap tersebarnya meme tepat sehari sebelum audiensi, Selasa, (19/2). Dalam meme tersebut, tertulis “Alokasi Anggaran dari PNBP untuk kemahasiswaan tidak jelas!”, “Waluh!”, “Kembalikan Hak Kami!”, serta "40% Tidak Jelas".

Meme ini tersebar hingga sampai ke Wakil Dekan III Faperta, Achmad Zaini dari grupWhatsApp pengurus organisasi di Faperta. Dinilai tidak etis, MJ, BA dan C akhirnya dipanggil melalui surat. 

“Akhirnya dari audiensi 40 persen sudah kami terima. Tapi karena meme itu tersebar, bapak minta surat permohonan minta maaf,” ujarnya.

Dikonfirmasi, Zaini mengatakan bahwa aturan terkait pemotongan dana merupakan kebijakan fakultas yang dibuat berdasarkan Surat Keputusan (SK) dari rektor. SK tersebut berisi tentang standar operasional prosedur pemberian bantuan dana kegiatan bagi lembaga mahasiswa tingkat Rektorat Unmul. 

Berdasarkan kebijakan tesebut, menghasilkan pembagian minimal 40 persen untuk prestasi dan sisanya untuk kegiatan penunjang sebesar 60 persen. 

“(SK) itu hanya salah satu dasar kebijakan, yang paling besar adalah pengembangan Faperta agar lebih berprestasi. Sudah tidak ada masalah, ini salah memahami saja,” jawab Zaini.

Meski permasalahan anggaran dana kemahasiswaan sudah selesai, namun tidak dengan pemanggilan terhadap tiga nama tesebut. Ketiganya dimintai pertanggung jawaban dengan menuliskan surat permohonan maaf.

“Mereka diminta klarifikasi atas status yang menurut kami tidak etis kepada lembaga,” katanya.

Diketahui dari tiga nama tersebut, hingga kini hanya satu yang belum memberikan surat permohonan maaf. Hal ini juga berimbas pada penundaan pelantikan lembaga mahasiswa Faperta, karena di antara yang terlibat dalam permasalahan ini merupakan bagian penting dari lembaga kemahasiswaan di Faperta.

Pada awal Maret ini, (1/3) beberapa mahasiswa Unmul menggelar aksi solidaritas kepada birokrat Faperta yang dinilai anti kritik dan membungkam mahasiswa yang menyuarakan pendapatnya, yakni melalui meme tersebut.(adl/els)



Kolom Komentar

Share this article