Berita Kampus

Ajang JNMI Cibubur, Norman: Jangan Gadaikan Almamater untuk Politik!

Presiden BM KM Unmul, Norman Iswahyudi angkat bicara mengenai JNMI Cibubur, Senin (13/2) kemarin. (Sumber foto: sumsel.tribunnews.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Pemberitaan miring terkait Jambore Nasional Mahasiswa Indonesia (JNMI) di Cibubur lalu, telah diklarifikasi oleh mahasiswa yang mengikutinya. Serempak pada Minggu (12/2), mahasiswa yang mengikuti agenda tersebut menggelar konferensi pers. Dalam kesempatan itu, terungkap fakta sebanyak 405 kampus dari 22 provinsi hadir dalam JNMI. Unmul sendiri mengirimkan 20 delegasinya. 14 di antaranya mahasiswa dan sisanya alumni yang bertindak sebagai pendamping.

Tino Heidel Ampulembang, alumni Fakultas Hukum yang memimpin konpers menegaskan keikutsertaan mahasiswa dalam JNMI tak sedikitpun ditunggangi kepentingan politik. Pembahasan dalam JNMI dikatakannya hanya tentang bagaimana menjaga persatuan Indonesia.

(Baca: http://sketsaunmul.co/berita-kampus/tak-ada-demo-di-rumah-sby-dan-tolak-tudingan-ditunggangi-politik/baca dan http://sketsaunmul.co/berita-kampus/empat-poin-pernyataan-sikap-jnmi/baca)

Sementara itu, Presiden BEM KM Unmul Norman Iswahyudi mengaku kaget karena tak mendapat pemberitahuan adanya delegasi Unmul yang menghadiri JNMI. Sebagai pimpinan mahasiswa Unmul, ia merasa perlu mendapatkan konfirmasi terkait hal ini. Norman pun heran, bagaimana acara tersebut sampai bisa menghadirkan orang penting di pemerintahan dengan mudah padahal katanya acara kemahasiswaan.

 "Tiba-tiba ada aksi besar itu. Ada menteri datang, aktivis 98, dan staf kepresidenan datang. Sementara ketika kemarin kami mengadakan Munas BEM SI, mengundang salah satu menteri saja sulit. Tapi mereka bisa menghadirkan begitu banyak menteri. Keganjilannya itu banyak," terangnya kepada Sketsa, Senin (13/2).

Tak hanya itu, Norman pun mempertanyakan ihwal keterlibatan Tino dan kawan-kawan yang berstatus alumni dalam ajang itu. Sebab Tino juga menjabat wakil jenderal lapangan aksi di Mega Kuningan dan Senayan pada (6/2) pekan lalu.

"Dia (Tino) bilang sebagai wakil jendral lapangan. Berarti dia mengakui dia masih sebagai mahasiswa. Karena dia nyatakan ini aksi mahasiswa. Kan ini lucu?" ucapnya.

"Ibaratnya, ia mendampingi anak orang, terus diantar ke sekolah, dia ikut sekolah juga. Kan lucu, gak seperti itu. Kalau memang dia sebagai pendamping, ya di luar tidak masuk ke dalam barisan, tidak mengomandoi dan memimpin," sambungnya.

Agenda JNMI yang tujuannya menjaga kebhinekaan Indonesia, bagi Norman patut diapresiasi. Namun, karena banyaknya kejanggalan, dia berani menduga ada maksud lain di balik JNMI.

"Mahasiswa jangan sampai lah alamamaternya digadaikan dengan politik-politik praktis yang menggiurkan idealisnya mereka. Kita ini berdiri sendiri atas kepentingan rakyat," pungkasnya.

Hingga saat ini, pemberitaan terkait JNMI masih hangat di media-media nasional. Sejumlah kritik termasuk gambar meme sindiran tersebar sedemikian rupa. Ajang JNMI disebutkan memang tidak mengatasnamakan lembaga mahasiswa. Namun, tetap saja peristiwa ini cukup mencuri perhatian. Utamanya bagi gerakan mahasiswa. (jdj/aml)



Kolom Komentar

Share this article