113 Tahun Indonesia Bangkit, Mahasiswa Resahkan Pelanggaran HAM dan Korupsi yang Tak Kunjung Tuntas
Memperingati 23 tahun reformasi dalam Hari Kebangkitan Nasional, Jumat (21/5) lalu.
- 24 May 2021
- Komentar
- 1201 Kali
Sumber Gambar: Pusaran Media
SKETSA - Euforia Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei lalu menarik atensi masyarakat dalam memaknai 113 tahun Indonesia bangkit. Semula, peringatan tersebut diinisiasi oleh organisasi Budi Oetomo pada 1908.
Kendati masih dalam suasana pandemi Covid-19, perhelatan aksi solidaritas turut digelar oleh Gerakan Masyarakat Sipil Kalimantan Timur pada Jumat (21/5) lalu.
Berlangsung pada pukul 10.00 Wita, kegiatan yang mengusung tema "Reformasi Dikhianati: Nyalakan Tanda Bahaya" tersebut digelar di depan Kantor Gubernur Kaltim. Penyampaian orasi, pembacaan puisi hingga aksi tabur bunga dilakukan sebagai tanda berkabungnya masyarakat atas gagalnya 23 tahun reformasi negeri.
Massa yang tergabung berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Unmul, BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unmul, BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unmul (FPIK), BEM Fakultas Peternakan Universitas Widyagama, Himpunan Mahasiswa Peternakan, Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Unmul, GMNI Samarinda, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Samarinda, POKJA 30, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Kaltim serta Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Kaltim.
Humas aksi, Aji Ahmad Affandi menerangkan jika tujuan aksi merupakan perantara informasi kepada masyarakat mengenai maraknya isu pelanggaran HAM yang kian terjadi pada para aktivis hingga korupsi yang tak kunjung tuntas. Aji menganggap, banyak isu darurat yang tidak mendapat tindak lanjut serta tidak diketahui secara luas oleh publik.
Lebih lanjut, massa aksi turut mengkritik adanya upaya pelemahan Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK diharapkan dapat bersifat independen serta tajam dalam mengusut tuntas segala duduk perkara.
"Kami akan senantiasa melakukan tindak lanjut pasca aksi ini. Pergerakan selalu ada di tangan kami sebagai pemuda untuk menjaga dan mengawal Pancasila sebagaimana mestinya," terang Aji.
Terdapat empat tuntutan yang disampaikan massa aksi. Pertama, bersihkan KPK dari hal-hal yang melemahkannya mulai dari pimpinan hingga yang terlibat di dalamnya. Kedua, menegakkan negara hukum yang berdasarkan pancasila. Selanjutnya, menghentikan kriminalisasi terhadap pejuang demokrasi dan lingkungan hingga usut tuntas pelanggaran HAM masa lalu dan sekarang.
"Kepada seluruh teman-teman yang hari ini masih terdiam, mari kita gaungkan suara. Lantangkan kebenaran, buktikan garis perlawanan masih ada," tutupnya. (syl/len)