Menuju Rubanah: Membangun Minat Baca di Samarinda
Menuju Rubanah sebagai upaya peningkatan minat baca di Samarinda.
- 18 Jul 2021
- Komentar
- 1652 Kali

Sumber Gambar : Istimewa
SKETSA – Berawal dari kecintaan terhadap buku dan keresahan akan kurangnya ruang baca publik di Samarinda, mendorong sepasang mahasiswa untuk menggarap pustaka kecil. Kedua mahasiswa tersebut yaitu Andika Pratama yang berasal dari Prodi Sastra Indonesia 2019 dan Ratimanjari Natia Antini yang merupakan mahasiswa Sastra Inggris 2017 untuk mendirikan pustaka berkonsep independen bernama Menuju Rubanah.
Sketsa mendapat kesempatan untuk berbincang dengan laki-laki yang akrab disapa Dikablek (Andika) itu melalui pesan WhatsApp. Dengan sambutan yang hangat, Dikablek menceritakan lebih dalam mengenai pustaka Menuju Rubanah yang baru berdiri sejak 2 Juni lalu. Membawa tagline “Menuju Rubanah: di Rubanah Kami Bersembunyi,” sebuah pustaka kecil hadir menawarkan buku-buku anti mainstream di Samarinda yang bersumber dari koleksi pribadi Dikablek dan temannya.
“Kebetulan karena aku anak Sastra Indonesia, jadi banyak mengoleksi buku berbahasa Indonesia. Kalau Natia anak Sastra Inggris, jadi banyak jenis bacaannya yang berbahasa Inggris. Akhirnya dikolaborasiin aja keduanya,” ungkap Dikablek pada Kamis (14/7).
Meskipun saat ini belum memiliki tempat, semangat keduanya untuk merintis ruang baca tidaklah pudar begitu saja, konsep berkeliling dan berkolaborasi bersama teman-teman kopi di Samarinda menjadi siasatnya. Menuju Rubanah kemudian rutin menggelar lapak baca mingguan di beberapa kedai kopi di Samarinda, dengan gratis baca di tempat.
Beberapa kedai yang memfasilitasi inisiasi Dikablek ini diantaranya seperti Ketitik Kopi yang berada di jalan AW. Syahranie, Kopiilihanku yang terletak di jalan Hasan Basri, dan Poisonouscorp di jalan Siradj Salman.
“Waktu pembukaan lapak itu di hari kerja. Senin dan Rabu di Ketitik Kopi, Selasa di Kopiilihanku, dan Kamis di Poisonouscorp,” paparnya.
Dikablek dan Natia juga menyadari mahalnya harga buku di pasaran dan kurangnya kedisiplinan yang dimiliki pembaca terhadap waktu peminjaman ketika di perpustakaan.
“Pinjam seminggu, balik tiga minggu. Pihak perpus juga enggak mengingatkan atau mengontak (menghubungi) pembaca dengan benar,” celetuk pria berkulit sawo matang itu.
Berangkat dari sana, Menuju Rubanah mencoba bergerak dengan menawarkan renting atau sewa buku. Mereka menerapkan sistem yang berbeda yakni pembayaran per buku, bukan per kartu. Diharapkan dengan sistem pembayaran seperti itu bukan hanya meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab membaca, namun juga mempercepat pemutaran biaya operasional Menuju Rubanah.
Dengan sistem sewa, tarif yang dikenakan pun bervariasi, tergantung ketebalan buku dan durasi peminjaman. Seperti buku dengan ketebalan 200 lembar akan dikenakan biaya Rp5.000 untuk harian dan Rp25.000 untuk satu minggu. Untuk katalog koleksi Menuju Rubanah sendiri dapat dilihat melalui instagram @menujurubanah.
Seluruh hasil rent yang didapat nantinya akan masuk ke kas Menuju Rubanah untuk kepentingan biaya operasional, juga menambah koleksi bacaan. Bersamaan dengan sistem rent, layanan bebas ongkir untuk pengantaran dan pengambilan buku di wilayah Samarinda juga mereka jalankan demi membantu dan mempermudah pembaca.
Selain program rent dan lapak baca mingguan, Menuju Rubanah juga menjalankan beberapa program menarik lainnya. Seperti diskusi ringan di kedai kopi dengan tema yang berbeda setiap minggunya, donasi buku, hingga berdagang.
Dikablek mengaku, program Donasi Rubanah mereka tekuni lantaran koleksi buku yang dimiliki masih sangat terbatas. “Teman-teman bisa berkontribusi menyumbangkan buku supaya koleksinya makin banyak. Hasil rental tiap bulan pasti bakal dijadiin buku-buku baru.”
Ada kalanya rasa lelah menemani kegiatan ‘ngelapak’ mereka, ini karena dilakukan dari sore hingga malam hari dan terkadang buku juga tak tersentuh pembaca. Meski begitu, rental buku yang masih tetap lancar, membuat mereka tak berhenti turut berupaya meningkatkan minat baca dan literasi di Indonesia khususnya di Samarinda.
“Harapannya yang nyumbang buku juga banyak, sih, dan kalau bisa ada yang mau nyediain tempat, rumah kecil, ruko atau apa untuk ditempati buat Rubanah. Selain itu ya, tentu, semoga gerakan kolaboratif begini lebih banyak lagi,” pungkas Dikablek.
Dikablek juga mengajak seluruh kalangan pemuda untuk meningkatkan minat baca dan literasi di Samarinda dengan cara menyewa buku, mendonasikan koleksi bacaanmu, atau membaca gratis di lapak Rubanah. (khn/fsf/fzn)