Lifestyle

Olahraga Baru, Petanque Masih Sepi Peminat

Di banding negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia terlambat dalam mengenal olahraga ini. Padahal, sejak lahir dari Prancis, olahraga ini telah dimainkan di kawasan Eropa mulai ratusan tahun lalu. (Foto: Ariani)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Di banding negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia terlambat dalam mengenal olahraga ini. Padahal, sejak lahir dari Prancis, olahraga ini telah dimainkan di kawasan Eropa mulai ratusan tahun lalu. Bahkan, negara Thailand dan Malaysia telah mengenal olahraga ini sejak 42 tahun lalu.

Petanque diperkirakan masuk ke Indonesia sejak awal 2000-an. Dan pada saat itu masih terbatas di kalangan ekspatriat saja. Hingga pada tahun 2011 olahraga ini dijadikan cabang olahraga wajib di Indonesia ketika Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games ke-26 di Jakarta dan Palembang.

Semenjak diwajibkan oleh pemerintah, Petanque merambah ke berbagai wilayah, salah satunya Kalimantan. Nikita Aiwa ialah salah satu atlet olahraga Petanque yang mengaku mengenal olahraga ini sejak 2015 lalu, ketika ia masih berkutat dengan permainan basket. Nikita lalu memutuskan banting stir menjadi atlet Petanque semenjak diajak ikut dalam pertandingan. Sehingga Ia mendalami olahraga ini.

Nikita menjelaskan Petanque adalah olahraga yang menggunakan bola besi yang dilempar untuk menuju ke satu titik sasaran yaitu bola kayu dalam sebuah lingkaran. Permainan ini disebut-sebut selain menggunakan teknik-teknik tertentu, harus mengandalkan intuisi serta perasaan.

“Petanque ini maininnya susah-susah gampang sih. Cara mainnya kita menggunakan bola besi, terus di lempar ke satu titik sasaran yaitu bola kayu. Dan kita berada di satu circle atau lingkaran. Harus pake feel buat kita bisa mendekati sasaran, karna menguasai teknik aja nggak cukup,” ujar mahasiswi Ilmu Komunikasi 2014 tersebut.

Bola besi yang dipermainkan seberat 700 gram tersebut ternyata masih langka di Indonesia, dan hal tersebut menjadi kendala bahwa olahraga ini kurang populer karena bola tersebut tidak di jual di Indonesia serta cukup mahal serta membelinya pun harus ke Singapura atau Thailand.

Untuk memainkan olahraga ini, lapangan yang digunakan bisa beberapa macam. Tanah keras, bebatuan kecil, atau tanah berpasir. Nikita sendiri menjelaskan timnya berlatih di sekitaran Gor 27 September. Bahkan timnya pernah berlatih di area parkir hotel Mesra karena memang belum ada tempat latihan tetap yang diberikan pemerintah.

Wanita berkulit putih dan berambut sebahu ini menjelaskan sebenarnya atlet Petanque bukan murni dari atlit Petanque melainkan dari cabang olahraga lain seperti basket dan voli.

“Untuk ikut pertandingan kemarin, karena kita bawa nama Kaltim jadi kita panggil beberapa atlet dari luar samarinda. Salah satunya dari Kutai Timur itu atlet voli, kemudian dari Samarinda atlet basket. Pokoknya yang penting basicnya atlet. Karna biar gampang menyesuaikan latihan fisiknya,” terangnya.

Dalam olahraga lempar besi, kekuatan utama terletak pada otot pundak dan bahu jadi ya latihannya seperti biasa. Untuk menghindari cedera, Nikita sebagai atlet mengungkapkan harus melakukan pemanasan dan pendingininan sebelum latihan.sehingga cedera dapat diminimalisir. Olahraga yang mirip seperti permainan kelereng ini layaknya memanah. Berfungsi melatih konsentrasi dalam membidik sasaran.

Meski baru 2 tahun menapaki dunia Petanque, Nikita rupanya memiliki prestasi yang membanggakan. Ia berhasil membawa nama Kaltim pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di tahun 2016 di Jawa Barat dan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) dalam kategori beregu Putri di Bali dengan tahun yang sama menyabet Perak dan Emas. (Arr)



Kolom Komentar

Share this article